Selasa, 22 Januari 2013

Saat Ketapel Itu Lebih Pantas Masuk SyurgaNya..



Bismillah...
Ketapel itu hanya terbuat dari kayu kering yang tergeletak di antara puing-puing bekas tamparan roket zionis. Dan kini ketapel kecil itu ada dalam genggaman seorang anak Palestina. Saat sang anak sibuk mengumpulkan puluhan batu kerikil, sang ketapel pun bercerita pada tanah tempat ia diletakkan oleh si anak..

Aku hanya sebuah ketapel yang dibuat oleh tangan kecil anak Palestina..
Dengan terampil dia membuatku menjadi ketapel yang cukup kuat…
Setelah selesai ia lalu mengambil sebutir batu kecil dan mulai mengujiku…
Wussshhh…
Batu kecil itu terlempar jauh…
Dan senyum bangga pun tersungging di bibir kecilnya..
Aku pun menjadi saksi perjuangan anak kecil itu…
Dengan tangguh ia menggunakan aku sebagai lambang kekuatan untuk melawan zionis yang sering lewat di depan gang sempit rumahnya…
Setiap kali aku menemaninya mengumpulkan batu-batu kerikil..
Aku pun seolah mendengar kebisingan disana…
Ya….bahkan batu-batu itu pun berteriak pada si anak…
“ambil aku…ambil aku…ambil aku…aku ingin sekali mengalirkan darah tentara zionis itu ketika kau melemparku padanya!!”
Ahh…bahkan batu itu pun bergelora semangat jihadnya…
Entah sudah berapa tentara zionis yang tak luput dari bidikan anak itu…

Matanya jeli saat menggunakan aku untuk melumpuhkan tentara itu…
Tak pernah kulihat anak itu gentar bahkan saat moncong senapan sang tentara diarahkan ke wajahnya…
Tank-tank zionis pun tak luput dari lemparan batu yang ia lempar dariku…
Pernah saat tangan anak itu berdarah saat terkena serpihan roket zionis…

Kuyakin ada rasa sakit teramat sangat yang dirasakannya…
Tapi gelora jihadnya mengalahkan itu semua…
Ia tetap menggenggamku dengan kuat dan membidikkanku kearah tentara zionis!
Dan aku bersumpah….aku akan setia menemani perjuangannya hingga ia syahid dalam dekapan cinta Rabb-nya…!!


Wahai umat muslim di seluruh dunia…
Masihkah kau enggan beranjak dari diammu?
Wahai pemimpin Islam dunia….
Takkah kau malu pada sebuah ketapel kayu ini?
Ia lebih pantas masuk syurga daripada engkau!
Ketapel yang diam…tapi ia bergerak!
Tak seperti kalian…
Hanya bisa berceloteh mencari simpati…
Agar kalian dianggap peduli!

Wahai pemimpin dunia…
Gaza tak butuh celoteh riuh kalian!!
Gaza tak butuh hanya sekedar kutukan dan kecaman dari kalian!
Bukankah kalian tahu bahwa zionis itu tak punya telinga untuk mendengar seruan kalian?
Dan zionis tak akan pernah mau berhenti hanya karena kecaman basi kalian!
Kalian tak berani bergerak hanya karena alasan menjaga hubungan baik antar negara!
Kalian berdalih tak ingin perang karena cinta damai…
Tak jua kah kalian sadar bahwa tak akan pernah ada kata damai dari zionis yahudi??
Andai saja kalian berani…
Maka bersatulah…
Kumpulkan kekuatan maka zionis dan sekutunya pun tak akan mampu mengalahkan kalian!
Tapi kalian terlalu pengecut untuk itu…
Kalian singa di depan rakyat…
Tapi kalian lalat kecil di hadapan zionis dan sekutunya!

Wahai Gaza…
Kemenangan akan kau raih…
Itulah janji Allah atasmu!
Meski senjatamu hanya lemparan batu-batu kerikil!

== Wanita Muslimah Bidadari Dunia ==


" Assalamu'alaikum wr wb,,,,"

== Wanita Muslimah ==

Inikah dirimu…wahai bidadari bumi?

Wajah yang teduh sembari tersipu…
Dengan pandangan tertunduk malu…
Bidadari….inikah dirimu?

Hiasanmu hampir tak terlihat…
Dengan hijab yang selalu tertutup rapat…
Bicaramu sedikit tapi selalu penuh makna tersirat…
Tak ada kata darimu yang sia-sia kecuali yang mengandung nasehat…

Senyummu katanya indah…
Meski aku tak tahu itu benar atau salah..
Jelasnya aku tahu dirimu memang seorang wanita sholehah..

Kau sering jadi pembicaraan hangat para ikhwan…
Wajar…mereka menjadikanmu sebagai bidadari impian..
Meski hanya sekedar ungkapan lewat tulisan…

Inikah dirimu wahai bidadari bumi?
Yang selalu bisa memberikan warna seindah pelangi?
Memberi kesejukan pada siapapun yang mendekati?
Kecuali pada yang bukan muhrim…kau selalu menghindari….

Inikah dirimu bidadari bumi berhati suci?
Yang menjadi incaran para mujahid sejati?


Duhai manusia yang hidupnya penuh liku…
Meski mungkin kau tak tahu…
Betapa diri ini seakan ingin mengiringi tiap jejak kaki sucimu…

Duhai Rasulullah…
Yang tak pernah lelah membawa risalah..
Yang selalu sabar mengemban amanah…
Betapa rasa malu ini membuncah..
Kala mengeluh ditengah perjuangan dakwah…
Padahal tak sebanding dengan medan juangmu di Mekkah dan Madinah…
Yang penuh dengan instrik licik para musuh-musuh Allah…

Duhai Rasulullah…sang Murabbi sejati…
Andai kau sekarang di dekat kami…
Ketika kami merasa rapuh ditengah juang ini…
Pastilah kau akan berdiri dan membakar semangat dalam diri…
Dan meyakinkan kami bahwa pertolongan Allah akan selalu menyertai…

Duhai Rasulullah yang mulia…
Masamu memang telah lewat dan termakan usia…
Namun sirahmu yang luar biasa akan senantiasa terbaca sepanjang masa

Menjadi pegangan bagi orang-orang yang berjuang di jalanNya..

Shalawat dan salam untukmu pun akan terus menggema
Semoga kami termasuk umat yang kelak berdekatan
denganmu di syurga…
 

By : Khalilah Ulfah Mariah 'Arief'

... DISELAMATKAN ALLAH MELALUI DZIKIR ...


Bismillahir-Rahmanir-Rahim .....


Kisah ini disampaikan oleh seorang guru Qur`an Doktorah Raawiyah. Sebelum mengakhiri pelajaran seperti biasa beliau selalu menyelipkan beberapa nasihat, tapi kali ini nasihatnya adalah kisah nyata yang terjadi di Riyadh.

“Yaa Akhwat apa telah sampai berita kepada kalian tentang penculikan seorang gadis mutawasithah (SMP) sepekan lalu?”“Dan tidak ada satu pun dari kami mengetahui berita tersebut”. “Baiklah yaa Akhwat, akan ku ceritakan kepada kalian bagaimana itu terjadi”.

Siang ba’da Dzuhur si gadis pulang sekolah, karena jarak sekolah dan rumahnya dekat seperti biasa dia memilih jalan kaki. Ternyata kebiasaannya pulang sekolah dengan berjalan kaki ini sudah lama diketahui oleh seorang pemuda. Maka terbersitlah dalam pikirannya untuk menculik gadis tersebut dan berhasil!!!

Tak seorang pun yang melihatnya ketika menyekap si gadis dan memasukkannya ke “syanthoh sayyarah” (bagasi mobil) kemudian menguncinya. Sang pemuda membawa gadis malang itu ke daerah Tsumamah. Kalian sendiri tau Tsumamah di waktu siang seperti itu?! Ada siapa disana?! Bisa dipastikan hanya orang kesasar atau tidak punya pekerjaan yang ada disana di waktu siang

Hanya Allah yang tau apa yang hendak diperbuat pemuda tersebut terhadap si gadis. Turunlah si pemuda dengan dengan kunci di tangannya, ingin cepat-cepat melihat “hasil tangkapannya”. Dengan gembira dimasukkannya kunci dan diputarnya, tapiii..ada apa??? bagasi tidak bisa terbuka??? Dicobanya terus dan teruuus. Tapi percuma, adzan Ashar sudah berkumandang. Sang pemuda sudah mulai dihinggapi rasa takut dan “heran” yang sangat. Bisa-bisa si gadis mati karena tidak menghirup udara,maka dicobanya lagi dan lagi ..

Sang pemuda sudah putus harapan, bagasi tetap terkunci rapat. Sementara malam sudah membayangi. Dengan perasaan takut dan pasrah sang pemuda memacuh mobilnya ke bengkel terdekat, berharap disana ada jalan untuk membuka bagasi mobilnya dan menyelamatkan nyawa si gadis. Di bengkel hal yang sama terjadi. Semua cara sudah dilakukan oleh pekerjanya. Terakhir sang pemuda memanggil polisi dan melaporkan hal tersebut. Sekarang yang ada dalam pikirannya hanya bagaimana supaya gadis itu bisa diselamatkan. Oleh polisi diputuskan supaya bagasi dilubangi dengan di las, tapi ajaib, las pun tidak mampu melubangi bagasi.

Maka semua sepakat memanggil seorang Mutawwa’ (Syaikh). Oleh Syaikh bagasi dibacakan ayat-ayat ruqyah kemudian dibuka dengan kunci. Ajaib…, sekali putar bagasi langsung terbuka… Dan didapati si gadis dalam keadaan selamat dan tidak terjadi apapun atas dirinya… Subhanallah… Tercenganglah semua orang dibuatnya…

Maka Syaikh bertanya kepadanya, “Wahai wanita… ceritakanlah kepada kami apa yang telah engkau lakukan sampai Allah menjagamu dengan PENJAGAAN seperti ini?”

Jawabnya singkat, “Sesungguhnya aku tidak pernah meninggalkan DZIKIR PAGI DAN PETANG”

Subhanallah… takjub dengan kisah ini ..

Nasehat Doktorah Raawiyah, “Lihatlah yaa Akhwat… bagaimana Dzikrullah menjadi sebab pertolongan Allah yang AJAIB bagi hamba-hambaNya… Maka jangan pernah tinggalkan Dzikir pagi dan petang sesibuk apapun kalian…”

Semoga kisah ini bisa menjadi cambuk bagi kita untuk senantiasa berusaha mengamalkan dzikir pagi dan petang dan tidak lagi menyia nyiakannya. Dan hanya kepada Allah lah kita memohon Taufiq dan Hidayah.

keep spirit ..keep istiqomah ..

Senin, 07 Januari 2013

Surat Cinta Untuk Ayah Bunda



Ketahuilah wahai Ayah dan Bundaku..
Sekarang gadis itu beranjak dewasa..
Sekarang gadis itu tengah merindukan kalian..
Ya.. merindukan kalian ditengah jauhnya jarak yang memisahkan..
Dan percayakah kalian bahwa gadis itu adalah aku?

Iya.. ini semua masalah jarak..
ini semua masalah waktu..
dan ini semua masalah angan..

Ayah..
Bunda..
kubuka kembali kenangan yang telah kita rajut bersama..
Kini memori itu semakin terekam jelas..
Semuanya semakin besar.. dan semakin memenuhi fikiranku..
Maafkan ananda..
Maafkan ananda..
Karena tidak adanya ananda disamping kalian..
Karena tidak adanya jasad ananda untuk temani kalian saat ini

Kini..
Waktu yang bergulir di dinding kamar,
menyadarkan diri ini dalam lamunan panjang..
kupalingkan mata ke tempat dimana foto kalian bertengger di salah satu sisi kamar..

Masya Allah..
Kalian tidak semuda dulu..
Keriput mulai menghias di wajah cantik dan tampan kalian
Rambut putihpun tak urung menyertai dan hinggap di kepala kalian..
Aku takut bunda..
Aku takut ayah..
Aku takut anakmu ini tidak bisa bahagiakan kalian..
Peluk aku ayah..
Cium aku bunda..

Lihat ayah..
Dada bidangmu.. Tangan besarmu..
Jalan tegapmu.. Pundak kekarmu..
Kini semakin rapuh dimakan masa..
Pundak tempatku kecil bermain..
Dada tempatku kecil menangis..
Dan tanganmu tempatku kecil berlindung..
Peluk aku ayah..

Pandanglah Bunda..
Air matamu.. Senyummu..
Marahmu.. Pengorbananmu..
Perlahan menumbuhkan buiran air mata di kelopak mataku..
Air yang berbulir karena kerinduan kepadamu..
cium aku bunda..

Aku rindu kepadamu ayah..
Aku rindu kepadamu bunda..
Berapa waktu yang aku sia-siakan saat kita bersama..
Berapa banyak air mata yang kalian jatuhi kala aku sakit, kala aku nakal..

Masa itu..
Masa teriindah dalam hidupku..

Kalian inginkan yang terbaik untukku..
Dikala baru lulus SMP, aku memaksa sekolah diluar kota..
Dengan berat hati, kau titipkan aku pada TUHAN..

Ananda beum sempat bahagiakan kalian..
Ananda terlalu banyak membuang waktu kita..
Izinkan ananda berbakti..
Berbakti dengan cinta ananda yang utuh untuk kalian..


Ayah..
Bunda..
Peluk aku..
Cium aku


 Ayah.... Bunda... Aku Sudah Dewasa...???


Lihatlah

Ayah..Bunda…

Sadarkah kalian tentang diriku yang kini agak berbeda?
Bayi kalian yang lucu itu tinggal kenangan indah saja…
Putri kecil kalian yang dulu suka main boneka itu kini beranjak dewasa…

Ayah..Bunda…
Kutahu…ada sedikit khawatir kalian yang mendera…
Tentang anak kalian ini yang sudah masuk dunia remaja…
Ada sedikit rasa takut jika nanti terjadi apa-apa..
Karena menurut kalian, dunia remaja itu sangat berbahaya…

Ayah..Bunda….
Bolehkan aku meminta pada kalian sedikit saja?
Biarkan aku mengenal sendiri lebih jauh dunia ini dan segala isinya…
Biarkan aku kini belajar menjaga sendiri apa yang kupunya…
Kalian hanya cukup mengiringi perjalananku dengan do’a…

Ayah..Bunda….
Jikapun nanti aku terjatuh dan terluka…
Biarkan saja…agar aku tahu rasanya sakit dan tak berdaya…
Mungkin….ditengah tak berdaya itu, aku bisa menemukan pelajaran berharga…

Ayah..Bunda….
Berikan aku sebesar kepercayaan yang kalian punya…
Sepenuh jiwa akan kujaga itu semua…
Semampuku tak akan membuat kalian kecewa…
Sepenuh raga dan jiwa…kulakukan apa saja untuk membuat kalian bahagia…

Ayah…Bunda….
Dewasa itu adalah niscaya…
Tapi menjadi manusia dewasa yang istimewa…itu adalah pilihan luar biasa…
Kalian tak perlu takut jika dewasaku membawa petaka…
Hingga kelak akan membuat kalian ditimpa bencana…
Kalian sudah cukup menjagaku dengan segala upaya…
Mengajariku mengenal dunia yang luasnya tak terkira…
Maka biarkan kini aku mengelana…
Menelusuri tiap sudut bumi yang semakin termakan usia…
Dan mencari jawaban atas beribu tanya yang dulu hanya tersimpan di dada….

Ketika harus menangis…

Bismillah..

Saat ibumu penuh keringat dingin
Berusaha keras mengeluarkanmu dari rahimnya
Bertarung dengan sakit yang luar biasa
Ketika kau keluar……tangisanmu pecah
Namun ibumu malah bahagia dan ingin tangisanmu semakin keras
Karena ketika semakin keras tangismu…rasa sakit ibumu akan semakin tak terasa
======

Ketika kau sudah lelah
Menapaki setiap jalan kehidupanmu
yang penuh liku dan kadang tak terarah
hingga akhirnya membuatmu menyerah
kau bersimpuh dan menadah
dan bertanya,,,kapankah ini akan berakhir?
Hingga airmatamu pun bersimbah…
Tapi tahukah kau
Tuhanmu tersenyum saat kau menangis
Semakin keras tangismu,,,semakin membuat Tuhanmu tersenyum…
==========

Tahukah kau…
Bahwa ternyata ada saat ketika tangisanmu malah membuat orang disekitarmu bahagia?
Bahwa ternyata tiap butir air matamu ketika bersimpuh membuat Tuhanmu semakin mencintaimu?

Tahukah kau
Bahwa tak semua airmata itu tak berharga
Karena terkadang airmata mampu menjadi sumber cinta dan harapan

Ada saat ketika kau memang harus menangis..
Dan ada pula saat dimana kau tak perlu menangis..
Karena itu…menangislah dan tidak menangislah di saat yang tepat
Bukan malah sebaliknya…

Yang kau harus tahu..
Ketika kau menangis…menangislah untuk sebuah harapan dan kekuatan
Seperti halnya bayi yang baru lahir…
Bukan menangis untuk sebuah kesia-siaan
Hingga akhirnya kau tenggelam dan tak bisa berbuat apa-apa

Dan ketika kau harus menangis
Cukuplah kau tangisi apa yang sebenarnya membuatmu menangis
Jangan biarkan airmata itu keluar berlebihan
Karena akan ada saat dimana kau harus menangis
Jika airmatamu habis….kemana kau akan mencarinya?

Jika kau sudah merasa cukup dengan tangismu
Berdirilah dan mulailah mencari sebuah tujuan baru dalam hidupmu
Karena waktu tak akan pernah mau menunggu sampai kau mau….

Catatan Seorang Ayah….


Putriku adalah permataku…
Tahukah kalian kenapa aku menyebutnya begitu?
Dulu sebelum menikah dengan istriku, aku telah banyak mempersiapkan diri. Mulai dari membaca buku bagaimana menjadi suami yang baik dan bertanggungjawab hingga bagaiman menjadi seorang ayah yang baik untuk anak-anakku kelak.

Ketika aku sudah menikah, memang banyak ilmu dari buku-buku itu yang kuterapkan tapi ternyata ada hal-hal tidak terduga yang justru mendapat pelajaran baru. Begitu pula ketika aku akan akan segera punya anak.

Kata orangtua dan mertuaku, anak adalah amanah dan titipan Tuhan yang kadang tidak semua orang mendapatkan kesempatan itu. Jika Tuhan sudah mau menitipkan sesuatu pada manusia, maka berbahagialah bahwa artinya Tuhan sangat mempercayaimu untuk menjaga titipanNya itu. Saat istriku hamil, aku merasa menjadi manusia paling bahagia di dunia. Selama kehamilannya itu, aku senantiasa menjaga dan mengingatkannya agar kesehatannya selalu dalam keadaan baik dan sehat.

Ketika istriku akan melahirkan, tak sedetikpun aku meninggalkannya. Kupegang tangan istriku dan seolah mentransfer kekuatanku untuknya agar ia bertahan. Bibirku tak henti menyebut namaNya, begitu pula istriku. Hingga akhirnya perjuangan kami membuahkan hasil yang luar biasa. Putri kami lahir dengan selamat, sebenarnya aku adalah lelaki yang hidup di lingkungan keras, aku bahkan masih bisa menghitung dengan jari kapan saja aku ada menangis. Tapi ketika putriku lahir, kekerasan diriku lebur seketika, mungkin itulah kali pertama aku mengeluarkan banyak airmata, hingga mataku bengkak saat melihat putri mungilku yang cantik dan masih merah. Matanya masih tertutup rapat meski tangisannya amat keras.

Kuraih putriku itu dan sambil membisikkan lirih ditelinganya…ya…adzan yang begitu membesarkan namaNya kubisikkan agar kelak putriku terbiasa mendengar tiap kalimatNya…
Putri kecilku….sepenuh jiwa dan raga kujaga dia…

Aku begitu mencintainya….tapi aku tak pernah memanjakannya. Aku bahkan ingat hanya pernah membelikan 2 boneka untuk putri kecilku. Aku tak mau dia terbuai dengan mainan-mainan yang melalaikan. Justru aku ingin sedari kecil dia lebih akrab dengan cerita-cerita wanita sholehah di zaman Nabi. Kuajarkan dia sholat dan mengaji. Tiap waktunya yang kosong selalu kuisi dengan mengajaknya berbicara tentang isi pikirannya dan menguji kefokusannya tentang cerita shahabiyah yang sering kuceritakan.
Menjelang dewasa, putri kecilku telah banyak berubah. aku masih ingat saat dia berlari ke arahku dan berkata bahwa dia sudah mengalami haid. Kupeluk putriku sambil tersenyum dan mengatakan bahwa kini dia telah dewasa. Mungkin orangtua lain akan takut ketika putri mereka telah mengalami masa haid pertama. Tapi aku berusaha untuk tak sibuk dalam ketakutan itu melainkan mengisinya dengan semakin membekali putriku agar ia punya kekuatan menjaga dirinya sendiri. Aku tak pernah mengekang setiap kegiatannya, aku pun tak pernah was-was ketika dia berada diluar rumah dan aku tak berada di sisinya, hanya satu yang aku tekankan padanya bahwa apapun yang dia lakukan, Allah akan selalu melihatnya…kutanamkan hal pertama padanya yaitu MALU….

Kini…putriku sudah semakin dewasa, aku tahu masih ada kewajiban terakhir yang harus aku tunaikan sebagai ayahnya. Ya…menikahkan putriku dengan seorang lelaki untuk menyempurnakan agamanya dan menyempurnakan kewajibanku sebagai ayah. Sungguh…andai saja boleh aku ingin selamanya menjaga putriku, tapi aku tahu kewajiban ini harus aku lakukan.
Sungguh, aku pun bingung mencari lelaki yang pantas untuk putriku. Aku ingin mencari seorang lelaki yang akan memperlakukan putriku jauh lebih baik dari perlakuanku selama ini. Putriku teramat berharga untuk kuberikan begitu saja pada yang memintanya, Tidak..!

Aku tak butuh lelaki kaya yang dengan hartanya akan bisa membuat putriku bahagia, sedangkan aku yang tak banyak harta saja masih bisa membuat putriku selalu tersenyum…

Aku tak butuh lelaki yang punya jabatan bagus untuk membuat putriku bak permaisuri, sedangkan aku yang hanya lelaki biasa sudah bisa membuat putriku seolah satu-satunya bidadari di dunia ini…

Aku juga tak butuh lelaki tampan dan mengatakan akan memberikan semua cintanya pada putriku, karena aku mengajarkan pada putriku untuk membagi cintanya sesuai porsi masing-masing dimana porsi cinta untuk Tuhan adalah segalanya…

Tapi…
Aku hanya butuh seorang lelaki yang akan mau menjaga putriku sebagaimana aku menjaganya selama ini…

Aku butuh seorang lelaki yang akan memperlakukan putriku bak permata sebagaimana aku memperlakukan putriku sebagai sesuatu yang amat berharga….

Aku butuh seorang lelaki yang akan bisa memahami putriku sebagaimana aku bisa memahami putriku saat dia diam, saat dia tersenyum tak biasa, saat dia sedih atau saat dia hanya ingin sendiri…

Entah dimana akan kutemukan lelaki seperti itu yang bisa aku percaya untuk menggantikan tugasku sebagai ayah dari putriku….tapi aku percaya, suatu hari nanti Tuhan akan memindahtangankan titipanNya itu dariku kepada orang lain yang telah ditetapkan olehNya….

Jika Allah mau hati itu terbuka..maka terbukalah ia…


Bismillah…

Hmm…talking about heart? Yups..tapi tenang, bagi yang alergi sama tulisan saya bertemakan cinta, dijamin nih tulisan mengandung cinta sepenuhnya…eh salah, Cuma sedikit mengandung cinta, hehehe…

Kembali, saya mendapat wangsit setelah bertapa di gunung antah ga pake nama, upss…(ngawur.com)

Jika kita melihat seorang penjahat kelas kakap, yang kayaknya sodaraan beda bapak sama ibu dengan Abu Jahal, apa yang ada dipikiran kita? hmm…mungkin yang ada dalam hati kita adalah kebencian atas semua perbuatannya, betul tidak? Kok bisa gitu, ada manusia yang jahatnya selangit bumi, udah nyebelin, masih hidup pula! Hehe…

Tapi pernahkah terlintas di pikiran kita, bahwa orang yang jahatnya ga ketulungan itu bisa jadi suatu hari nanti ternyata menjadi seorang yang tak terlambat sholat berjamaah di mesjid? Berpuasa sunnah? Atau hafal alqur’an?

Hmm…kita sudah pasti pernah dengar (yang belum simak baik-baik jangan ganti channel, just stay here oke??)
 tentang seorang pembunuh yang sudah memakan korban 999 orang?

 Lalu kemudian dia sadar dan meminta fatwa kepada seorang rahib dan bertanya apakah dirinya masih bisa mendapat ampunan Tuhan.

 Dan ketika rahib itu justru mencelanya, dia bunuh snag rahib hingga genaplah 1000 orang mati ditangannya. Hingga kemudian dia datang lagi pada seorang yang sholeh dan mempertanyakan hal yang sama, tapi kali ini jawaban sang sholeh berbeda dari rahib. Dia katakana bahwa Allah itu maha pengampun selama hambaNya mau bertaubat.

Sang jagal kemudian dimintanya untuk hijrah dari kampungnya ke tempat lain, namun belum sampai ditempat tujuan, sang jagal meninggal dunia. Disaat itulah malaikat rahmat dan malaikat azab berebut jiwa sang jagal, malaikat rahmat menyatakan bahwa sang jagal telah bertaubat dengan berhijrah dan malaikat azab sebaliknya. Hingga akhirnya Allah memutuskan agar mengukur jarak perjalanan sang Jagal dari kampungnya menuju tempat hijrah, hasilnya adalah jarak sang jagal dengan tempatnya hijrah lebih dekat. Dan jadilah si jagal mati dalam keadaan husnul khotimah

“ Demi Allah, sesungguhnya ada seorang diantara kalian yang senantiasa beramal dengan amalan penghuni syurga, hingga jarak antara keduanya tinggal sehasta, namun ketetapan Allah mendahuluinya, lalu ketika ia melakukan amalan penghuni neraka hingga ia masuk ke dalamnya, dan sebaliknya” HR. Bukhari-Muslim (Hadist Arbain ke 4)
Hmm..pernahkah terpikir oleh kita bahwa ketika saat ini kita banyak melakukan amal-amal sholeh, tidak menjamin bahwa selamanya kita akan menjadi orang yang ta’at kepada Allah? Begitu pula sebaliknya, ketika ada yang melakukan kejahatan yang luar biasa, pernahkah terpikir bahwa jika Allah mau hati yang jahat itu terbuka, maka terbukalah ia…?

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk” QS Al Qashash 56

“Dan Barangsiapa yang ditunjuki Allah, Dialah yang mendapat petunjuk dan Barangsiapa yang Dia sesatkan Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Dia. dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka mereka dalam Keadaan buta, bisu dan pekak. tempat kediaman mereka adalah neraka Jahannam. tiap-tiap kali nyala api Jahannam itu akan padam, Kami tambah lagi bagi mereka nyalanya” QS. Al Isra’ 97

Ya…itulah Allah..Dia maha kuasa atas hamba-hambaNya. Setiap bani adam telah Allah berikan pada diri mereka masing-masing kecenderungan kebaikan dan keburukan. So…sejahat-jahatnya manusia insya Allah masih ada setitik kebaikan disana…andai dia mau mencarinya atau Allah yang menghendaki setitik kebaikan itu memunculkan diri.

Dan bagi yang sekarang ditakdirkan menjadi hamba yang ta’at, maka sesungguhnya itu adalah rahmat dan karunia dari Allah. Maka bersyukurlah dengan menjaga keimanan dan keta’atan itu segenap jiwa agar Allah tak menjadikan kita orang-orang yang beralih haluan pada kekafiran.

“Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus” QS. Al Hujurat 7

Maka marilah kita sering-sering berdoa agar Allah meneguhkan iman dalam dada ini hingga akhir hayat kita…

“Ya Rabb…Janganlah Engkau sesatkan kami setelah Engkau tunjukkan kebenaran pada kami..”

La Tahzan....

La Tahzan....

Teruntuk jiwa yang rapuh…

Percayalah bahwa Allah telah menyiapkan yang terbaik untukmu..

Maka nantikanlah…dengan sabar dan tawakkal….

Teruntuk hati yang hampir remuk…

Jika hari ini Allah membuatmu kecewa..

Sungguh..bukan karena Dia tak sayang padamu…

Jika hari ini harapanmu telah hancur lebur…

Sungguh..bukan karena Dia sedang benci padamu…

Jika hari ini kau harus menangis…

Sungguh…bukan karena Allah ingin menyakitimu….

Wahai diri perindu…

Allah memang tak berwujud…

Tapi kasih dan cintaNya teramat nyata…

Allah memang tak tergapai…

Tapi Dia amat dekat…

Wahai diri yang tengah mengemis kasih…

Tegakkan keyakinan bahwa Allah senantiasa bersamamu…

Tak pernah sedikitpun Dia akan meninggalkanmu…

Selama keimanan dan kesabaran masih mengikatmu…

Maka selama itu pula…..cahayaNya tak akan pernah redup

Menyinari setiap sudut hatimu…
Menerangi tiap langkah kakimu…

Kala Dakwah Telah Mengajariku...

Ketika dulu aku tak mengerti siapa dan untuk apa aku ada..
Dakwah mengajariku menjadi manusia yang hidup untuk manusia yang lain…



Ketika dulu aku merasa lemah pada hidupku…
Dakwah mengajariku bagaimana berjuang hingga menjadikanku sosok yang kuat…



Ketika dulu aku selalu menggugat Allah atas takdirnya…
Dakwah mengajariku menjadi hamba yang ikhlas terhadap setiap ketentuanNya…

Ketika aku selalu tergesa-gesa mengejar apa yang ku mau…
Dakwah mengajariku tentang ketekunan dan kesabaran menanti kemenangan…

Ketika dulu aku hanya bermimpi kecil dan selalu berpikir apa adanya…
Dakwah mengajariku untuk berani bermimpi besar dan membuat cita sebanyak mungkin…

Ketika dulu aku hanya hidup untuk diri sendiri…
Dakwah mengajariku untuk bisa peduli dan peka pada keadaan orang lain…

Ketika dulu aku tak bisa menerima keburukan orang lain atasku…
Dakwah mengajariku untuk membalas keburukan dengan kebaikan..

Ketika aku merasa tak punya siapapun yang menolongku…
Dakwah mengajariku tentang keyakinan bahwa Allah itu akan selalu ada untuk hambaNya…

Ketika aku masih menjadi manusia yang mudah menyerah pada masalah…
Dakwah mengajariku untuk selalu merenung agar aku tahu letak masalahku dan mampu menyelesaikannya…

Ketika dulu aku selalu salah memberi cinta…
Dakwah mengajariku tentang siapa saja yang berhak atas cintaku dan kepada siapa cinta itu wajib kuberikan…

Ketika aku merasa hidupku hampa dan tak tahu waktuku untuk apa…
Dakwah mengajariku tentang menjadikan setiap waktuku adalah amal…

Ketika dulu aku tak bisa menyentuh hati manusia…
Dakwah mengajariku tentang bahasa hati…



Ya…dakwah telah mengajariku banyak hal…
Dakwah telah menempaku menjadi sosok yang lebih berarti untuk hidup yang hanya sekali…
Dakwah mengajariku menjadi sosok sosial…
Dakwah mengajariku tentang cinta sejati...
Dakwah mengajariku tentang kekuatan agar aku tak menjadi manusia yang mudah menyerah..
Dakwah mengajariku menjadikan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin…
Dakwah mengajariku tentang sebuah keikhlasan…
Dakwah mengajariku agar senyumku selalu tersebar dimana saja…meski hatiku sedang mendung…
Dan dakwah telah mengajariku bagaimana menjadikan dunia ini ada dalam genggaman tanganku…bukan pada hatiku…
Hingga ketika Allah memberiku kesedihan…aku hanya menitikkan sedikit airmata sebagai keniscayaan manusiawiku..

Bukan Sekedar WAnita Berjilbab (for ikhwan)




Ayah…Bunda…
Betapa aku tahu bahwa kalian teramat menyayangiku..
Hingga ketika usiaku menurut kalian sudah matang…
Kalian mendesakku dengan halus..
Agar segera mencari seseorang untuk menyempurnakan separuh agama..

Ayah..Bunda…
Usia yang sudah matang…
Pekerjaan yang sudah dianggap mapan..
Itulah yang kalian jadikan alasan…
Agar aku sesegera mungkin mencari pasangan…
Usia yang telah senja…
Membuat kalian rindu untuk secepatnya menimang cucu dari putra tercinta…

Ayah…bunda…
Diamku membuat kalian sering bertanya-tanya..
Acuhku akan hal itu membuat kalian berpikir tak tenang…
Hingga kalian pun bosan dan membuat tindakan…
Dengan memperkenalkanku pada banyak gadis yang siap untuk kupinang..

Ayah…bunda…
Kuyakin kalian tahu bagaimana kriteria calon istriku…
Itulah yang membuat kalian berhati-hati memilih pasangan untukku…
Harus muslimah dan menutup rapi aurat…

Tapi…ayah dan bunda…
Maaf….aku harus sedikit meluruskan…
Aku tak mencari wanita yang sekedar berjilbab…
Karena saat ini banyak jilbab yang bertebaran…
Tapi tak pandai menjaga kehormatan…
Kadang….mereka pun tak malu mengikrarkan sebuah hubungan pacaran…
Lalu memperlihatkan kemesraan yang tak semestinya dilakukan…
Padahal belum ada ikatan…

Ayah…bunda…
Bukan aku meragukan pilihan kalian…
Tapi menikah bagiku bukan sekedar mencari pasangan..
Aku butuh seorang istri yang mengerti akan perjuangan yang kulakukan..

Aku butuh seorang istri yang siap untuk kutinggalkan..
Kala amanah datang memanggil untuk kutunaikan…

Aku butuh seorang istri yang siap menjadi pelampiasan…
Kala aku tak bisa mengendalikan emosi diri yang berlebihan…

Aku butuh seorang istri yang berani mengingatkan..
Kala aku salah dalam suatu perbuatan..

Dan aku butuh seorang istri yang mau memahami…
Kala aku sedang ingin berdua dengan sang Rabbi…

Duhai ayah dan bunda…
Kutahu kalian begitu mencemaskan aku..
Tapi tenanglah…jika tiba waktunya nanti..
Aku akan datang pada kalian dengan menggandeng seorang bidadari..
Biarlah kini aku mengelana sembari mempersiapkan diri…
Insya Allah….waktunya tak akan lama lagi…

Wahai akhi…simpanlah kata-kata indahmu hanya untuk bidadarimu!Bismillah…




Sebelumnya afwan jiddan jika ada kata-kata dalam tulisan ini yang tidak berkenan, insya Allah mencoba meluruskan niat semata-mata demi menjaga hati kita semua. Untuk dan karena Allah..



-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Untukmu wahai lelaki…

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat" QS An nuur 30

Betapa mulianya ajaran Islam dalam menjaga hati dan interaksi antar lawan jenis dengan tujuan menjaga kesucian diri masing-masing. Namun, sudah menjadi sunnatullah pula bahwa tak selamanya hati ini terjaga, ada kala dimana hati pun melakukan sesuatu yang melalaikan hingga akhirnya membuat si empunya hati terjemurumus dalam kubangan maksiat, utamanya maksiat hati.

Wahai akhi..
betapa gerah dan tak tenangnya hati ini kala melihat kalian begitu mudahnya mengumbar kata-kata yang mungkin tak seharusnya kalian katakan. Sering kulihat kalian membuat kata-kata puitis dan penuh romansa kemudian tak jarang kalian sampaikan kata-kata itu kepada wanita di sekitar kalian. Entah itu sebagai bentuk kekaguman semata atau kekaguman yang ingin berbuntut panjang alias berharap bahwa ada respons lebih dari sang wanita.

Wahai akhi…
Kalian begitu hebat merangkai kata-kata yang indah, namun begitu mudahnya kalian umbar dimana saja. Tak jarang bahkan kepada mereka yang tak berhak dan pantas menerimanya. Tidakkah kalian mau menyimpan kata-kata indah itu kelak hanya untuk orang yang berhak menerimanya hingga nantinya akan bernilai ibadah di sisi Allah? Tidakkah kalian ingin agar kata-kata itu hanya kalian persembahkan untuk bidadari yang telah berhasil kalian pinang?

Wahai akhi…
Kami para wanita terkadang jenuh dan merasa tak enak kala kata-kata pujian dan kekaguman kalian berikan kepada kami. Ingin kami menolak keras namun kami masih berusaha untuk menguatkan hati dan demi menjaga perasaan kalian. Tapi akhi, hati kami para wanita takkan bisa kuat selamanya, bisa jadi ketika kami terlalu sering menerima kata-kata puitis kalian membuat benteng hati kami akhirnya rapuh dan roboh! Hati kami tak lagi terjaga karena pengaruh dari kata-kata indah kalian!

Wahai akhi…
Kamipun sebagai wanita telah sering diingatkan dalam alqur’an agar tak melunakkan suara kami di depan lelaki demi menjaga diri dari hati-hati yang lalai dan kotor penuh syahwat. Maka apakah perintah itu tak berlaku bagi kalian?

Wahai akhi…
Ketika memang telah timbul kecenderungan dalam hati kalian terhadap seorang wanita, maka apabila kalian tak lagi bisa menjaga dan menahan gejolak hati itu, maka bersegeralah menjemputnya! Jangan kalian tunda dengan berbagai alasan yang akhirnya menyebabkan hati kalian tak bisa terjaga dan kemudian melampiaskannya dengan cara-cara yang tidak ahsan.

Bukankah termasuk dalam lindungan Allah ketika ada seorang hamba yang menikah demi menjaga kesucian dirinya?

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui” QS An nuur 32

Jangan pernah takut bahwa kalian akan kesulitan rejeki ketika menikah karena Allah telah menjamin rejeki itu untuk hamba-hamba yang senantiasa menjaga keta’atan padaNya


Wahai kalian para lelaki..

Ingatlah sebuah ayat dalam Alqur’an yang diperuntukkan bagi mereka yang belum mampu untuk menikah…

“Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya…” QS An Nuur 33

Untuk itu wahai kalian para lelaki…
Ketika kalian telah siap lahir dan bathin untuk menyempurnakan separuh dien ini, maka bersegeralah mencari dan menjemput bidadari yang akan mendampingi perjalanan hidup kalian. Jangan sesekali kalian biarkan hati itu lengah dan lemah hingga menjadikan kalian tak teguh lagi menjaga hati tersebut.

Janganlah sampai hati kalian lemah hingga akhirnya kalian hanya berani dan mampu membuat atau mengirimkan sinyal-sinyal hati kepada wanita-wanita yang kalian senangi. Tidakkah kalian sadari bahwa kata-kata kalian yang terlihat mendayu-dayu bisa jadi menyebabkan hati sang wanita pun tak lagi bisa terjaga? Tak ingatkah kalian bahwa hati seorang wanita itu lebih peka dibandingkan dengan hati kalian para lelaki?

Karena itu wahai akhi…
Marilah kita saling menjaga hati kita dengan tak membiarkan hati itu lengah oleh perasaan rindu dan kecenderungan yang tak terlabuhkan. Cukuplah kelak kata-kata terindah hanya kita persembahkan untuk pasangan kita masing-masing agar mereka bisa menerima utuh diri kita. Jangan sampai saat ini betapa mudahnya kita merangkai kata indah untuk diberikan begitu saja tetapi ketika sudah bersama pasangan begitu sulitnya kata-kata indah itu terucapkan padahal ia bernilai pahala.

Wallahualam bish shawab…

Syurga Itu Di Bawah Telapak Kaki Ibu.

========================
Bissmilahirohmanhirohim.
 
Jika seandainya suatu ucapan diterima atau didengar oleh telinga, maka ucapan hati diterima oleh hati. Ucapan yang keluar dari kalbu akan diterima oleh kalbu juga. Tidak ada ucapan yang ikhlas dan ucapan yang bersih sebagaimana ucapan yang dituliskan oleh hati dan kalbu yang ikhlas.

Surat ini ditulis oleh seorang ibu untuk anak yang telah telah dewasa, Seorang anak yang telah membangun rumah tangga, telah mendapatkan pendamping hidup, dan telah merasakan kehidupan yang baru. Seorang ibu tersebut menuliskan suratnya dengan air mata dan hatinya. Kemudian ia titipkan kepada anaknya. Surat seorang ibu kepada anak adalah surat yang sangat luar biasa. Surat yang ditulis karena cinta dan didorong oleh rasa kasih sayang.

Berikut ini adalah petikan surat ibu tersebut kepada anaknya. Semoga bermanfaat.



“Bismillah.”

“Untuk anakku yang kusayangi di bumi Allah Ta’ala.”


“Segala puji ibu panjatkan kehadirat Alloh Ta’ala yang telah memudahkan ibu tuk beribadah kepada-Nya. Sholawat serta salam ibu sampaikan kepada Nabi Muhammad Shollolloohu ‘alaihi wasallam, keluarga, dan para sahabatnya.”



“Wahai anakku, kutulis surat ini dari tangan seorang ibu yang merana, yang ditulisnya dengan rasa malu, dalam kegelisahan, dan lamanya penantian. Lamanya dipegang pena ini hingga berlinang air matanya.”


“Wahai anakku, telah senja kini usia ibu dan aku melihat dirimu telah beranjak dewasa. Telah sempurna akal dan telah matang pikiranmu.”


“Wahai anakku, diantara hak ibu adalah sudi kiranya engkau membaca suratku ini. Namun bila engkau enggan wahai anakku, robeklah suratku ini sebagaimana engkau telah merobek-robek hati ibumu ini.”


“Wahai anakku, dua puluh lima tahun yang silam, kebahagiaan paling besar kurasakan dalam hidupku tatkala dokter mengabarkan kehamilanku. wahai anakku, setiap ibu sungguh telah mengetahui makna kalimat ini dengan baik.”


“Sungguh itu merupakan kebahagiaan dan kegembiraan, Inilah awal kepayahan dan perubahan dalam tubuhku. Setelah berita kegembiraan ini, ibu mengandungmu selama sembilan bulan dengan penuh kebahagiaan. Aku bangkit, tidur, dan makan dengan penuh kesulitan. Dan akupun bernafas dengan kepayahan.”


“Namun, semua kesulitan dan kepayahan ini tidak mengurangi sedikit pun rasa cinta dan sayangku padamu. Bahkan cinta kasihku semakin bertambah padamu. Seiring dengan berjalannya waktu, kian bertambah besar rasa rinduku menanti kehadiranmu.”


“Wahai anakku, aku mengandungmu dengan penuh kepayahan dan rasa sakit yang tiada terkira. Betapa gembiranya diriku tatkala kurasakan pergerakanmu dan bertambah pula kebahagiaanku tatkala kurasakan bertambahnya berat tubuhmu yang tentunya membuat berat bagi diriku. Sungguh inilah kepayahan yang panjang kurasakan.”


“Datanglah malam-malam dimana aku tak dapat tidur dan kedua mataku pun tak kuasa tuk kupejamkan. Anakku, kurasakan rasa sakit, kegelisahan, dan rasa takut yang mencekam yang tak bisa kuungkapkan dengan pena ini dan kukatakan padamu dengan ungkapan lisan.”


“Hingga aku melihat dengan kedua mataku seakan-akan kematian akan menjemput diriku sampai akhirnya kamu terlahir ke dunia. Air mata kepedihanku terpancar bersamaan dengan jerit tangismu. Hilanglah semua rasa sakit dan kepedihan.”


“Wahai anakku, telah berlalu masa-masa dimana aku meninabobokanmu di dadaku dan memandikan dirimu dengan kedua tanganku. Kujadikan pangkuanku sebagai ranjang bagimu dan susuanku sebagai makanan untukmu.”


“Aku terjaga sepanjang malam agar kamu dapat tertidur pulas dan aku berlelah diri di siang hari untuk kebahagiaan dirimu. Kebahagiaanku tatkala kamu meminta sesuatu pada ibu dan segera kupenuhi pintamu. Itulah puncak tertinggi kebahagiaanku.”


“Telah berlalu malam-malam dan telah berlalu hari demi hari. Demikian kulakukan semua itu untuk kebahagiaanmu. Melayanimu sepenuhnya dan tidak melalaikanmu. Menyusuimu tiada henti-hentinya dan merawatmu tanpa ada rasa kebosanan hingga besar tubuhmu.”


“Tibalah masa keremajaanmu dan tanda-tanda kedewasaanmu pun telah tampak pada dirimu. Hingga ibu mencarikan untukmu seorang wanita yang kau inginkan untuk kau nikahi.”


“Dan tibalah waktu pernikahanmu yang membuat sedih hatiku. Berlinang air mataku karena kebahagiaan dengan lembaran hidupmu yang baru. Bercampur duka yang dalam karena akan berpisah denganmu.”


“Kemudian tibalah masa-masa yang amat berat bagi diriku dimana kurasakan dirimu kini bukanlah buah hati yang dahulu kukenal. Sungguh engkau telah mengingkari diriku dan melupakan hak-hakku.”


“Hari terus berlalu dan tidak pernah lagi kulihat dirimu, tak pernah kudengar lembut suaramu, apakah kamu lupa kepada seorang wanita yang telah memeliharamu dengan penuh rasa cinta.”



“Wahai anakku, aku tidak menuntut apa-apa darimu. Jadikanlah diriku layaknya sahabat yang kamu miliki. Wahai buah hatiku, jadikanlah diriku sebagai salah satu tempat persinggahanmu yang senantiasa kamu kunjungi setiap bulan walau hanya sesaat.”



“Wahai anakku, gemetar seluruh tubuhku, lemah kurasakan badanku karena sakit yang aku derita. Berbagai penyakit silih berganti singgah kepadaku.”


“Aku tak mampu berdiri melainkan dengan kesulitan, aku tak mampu untuk duduk melainkan dengan kepayahan, dan senantiasa hati ini dipenuhi dengan rasa rindu akan cinta dan sayangmu.”


“Apabila suatu saat ada orang yang memuliakan dirimu, niscaya kamu akan memujinya karena perlakuannya terhadap dirimu dan kebaikan sikapnya pada dirimu. Wahai anakku, ibumu ini lebih banyak berbuat kebaikan pada dirimu dan berlaku ma’ruf padamu hingga tidak dapat dibalas dengan apapun jua.”



“Ibu telah merawatmu dan melayani semua kebutuhanmu bertahun-tahun lamanya. Manakah balasanmu? Apakah setelah semua ini, hatimu menjadi keras? Dan berlalunya waktu kian membuat dirimu jauh dariku.”


“Wahai anakku, acap kali aku mengetahui bahwa engkau bahagia dalam hidupmu, maka bertambah pula kebahagiaan dan kegembiraanku. Namun, betapa herannya ibu pada dirimu anakku, yang telah kubesarkan dengan belaian kedua tanganku.”


“Dosa apakah yang telah kuperbuat hingga aku menjadi musuh bagimu? Engkau tak mau menjengukku, beratkah langkah kakimu untuk mengunjungiku?”


“Apakah aku melakukan suatu kesalahan pada dirimu? Ataukah aku telah melakukan kelalaian dalam melayanimu? Jadikanlah diriku layaknya pelayan-pelayanmu yang engkau berikan upah kepada mereka.”


“Berikanlah aku sedikit saja rasa belas kasih dan sayangmu. Wahai anakku, berbuat baiklah pada diriku karena sesungguhnya Alloh akan memberikan balasan kebaikan bagi orang yang berbuat baik.”



“Wahai anakku, tak ada yang kuinginkan di dunia ini selain melihat wajahmu. Tak ada yang kuinginkan selain itu. Biarkanlah aku menatap wajahmu dan meredakan amarahmu.”


“Wahai anakku, bergetar keras detak jantungku dan berlinang deras air mataku melihat dirimu hidup bahagia dan tercukupi. Senantiasa manusia memperbincangkan akan kebaikanmu, kedermawanan, dan kemuliaanmu.”


“Wahai anakku, apakah kiranya hatimu masih memiliki seberkas rasa belas kasih terhadap seorang wanita yang renta dan lemah ini? Yang hatinya diliputi dengan kerinduan dan diselimuti dengan kesedihan?”



“Engkau telah membuat duka hatiku, membuat air mataku berlinang, menghancurkan hatiku, dan terputusnya hubungan.”


“Aku tak akan mengadukan kepedihan ini dan belum terhapus kedukaan ini karena bila naik menembus awan-awan dan mengetuk pintu-pintu langit niscaya bala akan datang padamu. Berbagai keburukan menghampirimu dan musibah besar akan menimpamu.”


“Tidak! Tak akan mungkin aku lakukan hal tersebut. Wahai anakku, kamu akan senantiasa menjadi buah hatiku, penyejuk pandanganku, dan kebahagiaan duniaku.”



“Sadarlah wahai anakku. Rambut putihmu mulai tampak. Telah berlalu waktu dan masa yang panjang yang menjadikan dirimu mulai menua.”


“Wahai anakku, bukankah balasan itu sesuai dengan perbuatan. Niscaya kamu akan menulis surat ini kepada anakmu dengan linangan air mata sebagaimana aku menulis surat ini untukmu.”


“Wahai anakku, takutlah kepada Alloh, hentikanlah tangisku dan hapuslah kedukaanku. Setelah itu, jika engkau inginkan, maka sobeklah surat ibumu ini.”

“Dan ketahuilah wahai anakku, “barangsiapa yang mengamalkan kebaikan, maka kebaikan itu untuknya dan barangsiapa yang berbuat keburukan, maka keburukan itu akan kembali padanya.”

“Wasallallohu ‘alaa nabiyyiina Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shohbihi wasallam.”

“Dari ibumu yang merana.”


SURAT BALASAN DARI SANG ANAK

Kepada yg tercinta, bundaku yg kusayang

Segala puji bagi Allah… yg telah memuliakan kedudukan kedua orang tua, dan telah menjadikan mereka berdua sebagai pintu tengah menuju surga.

Shalawat serta salam hamba -yg lemah ini- panjatkan keharibaan Nabi yg mulia, keluarga serta para sahabatnya hingga hari kiamat. Amin…


Ibu…

Aku terima suratmu yg engkau tulis dg tetesan air mata dan duka… aku telah membaca semuanya… tidak ada satu huruf pun yg aku sisakan.

Tapi tahukah engkau, wahai Ibu… bahwa aku membacanya semenjak shalat Isya’… Semenjak sholat isya’… aku duduk di pintu kamar, aku buka surat yg engkau tuliskan untukku… dan aku baru selesaikan membacanya setelah ayam berkokok… setelah fajar terbit dan adzan pertama telah dikumandangkan…

Sebenarnya, surat yg engkau tulis tersebut, jika ditaruhkan di atas batu, tentu ia akan pecah… Jika engkau letakkan di atas daun yg hijau, tentu dia

akan kering…

Sebenarnya, surat yg engkau tulis tersebut tidak akan tertelan oleh ayam… Sebenarnya, wahai ibu, suratmu itu bagiku bagaikan petir kemurkaan, yg jika dipecutkan ke pohon yg besar, dia akan rebah dan terbakar…

Suratmu wahai ibu, bagaikan awan Kaum Tsamud, yg datang berarak dan telah siap dimuntahkan kepadaku…


Ibu…

Aku telah baca suratmu, sedangkan air mataku tidak pernah berhenti!! Bagaimana tidak… Jika surat itu ditulis oleh seorang yg bukan ibu dan bukan ditujukan pula kepadaku, layaklah orang yg paling bebal, untuk menangis sejadi-jadinya… Bagaimana kiranya, jika yg menulis itu adalah ibuku sendiri… dan surat itu ditujukan untukku sendiri…

Sungguh aku sering membaca kisah sedih, tidak terasa bantal yg dijadikan tempat bersandar telah basah karena air mata… Bagaimana pula dg surat yg ibu tulis itu!? bukan cerita yg ibu karang, atau sebuah drama yg ibu perankan, akan tetapi dia adalah kenyataan hidup yg ibu rasakan.


Ibuku yg kusayangi…

Sungguh berat cobaanmu… sungguh malang penderitaanmu… semua yg engkau telah sebutkan benar adanya…

Aku masih ingat ketika engkau ditinggalkan ayah pada masa engkau hamil tua mengandung adikku. Ayah pergi entah kemana tanpa meninggalkan uang belanja, jadilah engkau mencari apa yg dapat dimasak di sekitar rumah dari dedaunan dan tumbuhan.

Dg jalan berat engkau melangkah ke kedai untuk membeli ala kadarnya, sambil engkau membisikkan kepada penjual bahwa apa yg engkau ambil tersebut adalah hutang… hutang… yg engkau sendiri tidak tahu, kapan engkau akan dapat melunasinya…


Ibu…

Aku masih ingat ketika kami anak-anakmu menangis untuk dibuatkan makanan, engkau tiba-tiba menggapai atap dapur untuk mengambil kerak nasi yg telah lama engkau jemur dan keringkan…

Tidak jarang pula engkau simpan untukku sepulang sekolah tumbung kelapa, hanya untuk melihat aku mengambilnya dg segera.

Aku masih ingat… engkau sengaja ambilkan air didih dari nasi yg sedang dimasak, ketika engkau temukan aku dalam keadaan sakit demam.


Ibu…

maafkanlah anakmu ini… aku tahu bahwa semenjak engkau gadis, sebagaimana yg diceritakan oleh nenek sampai engkau telah tua seperti sekarang ini, engkau belum pernah mengecap kebahagiaan.

Duniamu hanya rumah serta halamannya, kehidupanmu hanya dg anak-anakmu… Belum pernah aku melihat engkau tertawa bahagia, kecuali ketika kami anak-anakmu datang ziarah kepadamu. Selain dari itu, tidak ada kebahagiaan… Semua hidupmu adalah perjuangan. Semua hari-harimu adalah pengorbanan



Ibu…

Maafkan anakmu ini! Semenjak engkau pilihkan untukku seorang istri, wanita yg telah engkau puji sifat dan akhlaknya… yg engkau telah sanjung pula suku dan negerinya! Semenjak itu pula aku seakan-akan lupa deganmu…


Wahai ibu…

Keberadaan dia sebagai istriku telah membuatku lupa posisi engkau sebagai ibuku… senyuman dan sapaannya telah melupakanku dg himbauanmu.

Ibu… aku tidak menyalahkan wanita pilihanmu tersebut, karena kewajibannya untuk menunaikan tanggung-jawabnya sebagai istri… Aku berharap pada permasalahan ini, engkau tidak membawa-bawa namanya, dan mengaitkan kedurhakaanku kepadamu karenanya… Karena selama ini, di mataku dia adalah istri yg baik, istri yg telah berupaya berbuat banyak untuk suami dan anak-anaknya… Istri yg selalu menyuruh untuk berbuat baik dan berbakti kepada kedua orang tua.


Ibu…

Ketika seorang laki-laki menikah dg seorang wanita, maka seolah-olah dia telah mendapatkan permainan baru, seperti anak kecil mendapatkan boneka atau orang-orangan. Maafkan aku ibu…

Aku tidaklah membela diriku, karena dari awal dan akhir pembicaraan ini kesalahan ada padaku, anakmu ini… Akan tetapi aku ingin menerangkan keadaan yg aku alami, perubahan suasana setelah engkau dan aku berpisah, tidak satu atap lagi…


Ibu…

Perkawinanku membuatku masuk ke alam dunia baru… dunia yg selama ini tidak pernah aku kenal… dunia yg hanya ada aku, istri dan anak-anakku… Bagaimana tidak, istri yg baik, anak-anak yg lucu-lucu! Maafkan aku Ibu… Maafkan aku anakmu… aku merasa dunia hanya milik kami, aku tidak peduli dg keadaan orang yg penting bagiku… yg penting bagiku adalah keadaan mereka: anak-anak dan istriku…


Ibu…

Maafkan aku, anakmu… Ampunkan aku, anakmu… Aku telah lalai… aku telah alpa… aku telah lupa… aku telah menyia-nyiakanmu…

Aku pernah mendengar kajian, bahwa orang tua difitrahkan untuk cinta kepada anaknya, akan tetapi anak difitrahkan untuk menyia-nyiakan orang tuanya… Oleh sebab itu, dilarang mencintai anak secara berlebihan, sebagaimana anak dilarang berbuat durhaka kepada orang tuanya… Itulah yg terjadi pada diriku, wahai Ibu!!

Aku pasti akan gila ketika melihat anakku sakit… Aku seperti orang kebingungan ketika melihat anakku diare… Tapi itu sulit, aku rasakan jika hal itu terjadi padamu wahai ibu… Itu sulit aku rasakan, jika seandainya hal itu terjadi pada ibu, dan pada ayah…


Ibu…

Sulit aku merasakan perasaanmu…

Kalaulah bukan karena bimbingan agama yg telah engkau talqinkan kepadaku, tentu aku telah seperti kebanyakan anak-anak yg durhaka kepada orang tuanya!!

Kalaulah bukan karena baktimu pula kepada orang tuamu dan orang tua ayahmu, niscaya aku tidak akan pernah mengenal arti bakti kepada orang tua.

Setelah suratmu datang, baru aku mengerti… Karena selama ini hal itu tidak pernah engkau ungkapkan, semuanya engkau simpan dalam-dalam seperti semua permasalahan berat, yg engkau hadapi selama ini.

Sekarang baru aku mengerti, wahai ibu… bahwa hari yg sulit bagi seorang ibu, adalah hari di mana anak laki-lakinya telah menikah dg seorang wanita… wanita yg telah mendapat keberuntungan…

Bagaimana tidak… Dia dapatkan seorang laki-laki yg telah matang pribadinya dan matang ekonominya, dari seorang ibu yg telah letih membesarkannya… Dari hidup ibu itulah ia dapatkan kematangan jiwa, dan dari uang ibu itu pulalah ia dapatkan kematangan ekonomi… Sekarang, -dg ikhlas- ia berikan kepada seorang wanita yg tidak ada hubungan denganya, kecuali hubungan dua wanita yg saling berebut perhatian seorang laik-laki… Dia sebagai anak dari ibunya dan dia sebagai suami dari istrinya.


Ibuku sayang…

Maafkan aku… Ampunkan diriku… Satu tetesan air matamu adalah lautan api neraka bagiku… Janganlah engkau menangis lagi, janganlah engkau berduka lagi!… Karena duka dan tangismu menambah dalam jatuhku ke dalam api neraka!! Aku takut Ibu…

Kalau itu pula yg akan kuperoleh… kalau neraka pula yg akan aku dapatkan… ijinkan aku membuang semua kebahagiaanku selama ini, hanya demi untuk dapat menyeka air matamu…

Kalau engkau masih akan murka kepadaku, izinkan aku datang kepadamu membawa segala yg aku miliki lalu menyerahkannya kepadamu, lalu terserah engkau… terserah engkau, mau engkau buat apa…

Sungguh ibu, dari hati aku katakan, aku tidak mau masuk neraka, sekalipun aku memiliki kekuasaan Firaun… kekayaan Karun… dan keahlian Haman… Niscaya aku tidak akan tukar dg kesengsaraan di akhirat sekalipun sesaat… Siapa pula yg tahan dg azab neraka, wahai Bunda… maafkan aku anakmu, wahai ibu!!

Adapun sebutanmu tentang keluhan dan pengaduan kepada Allah ta’ala, bahwa engkau belum mau mengangkatnya ke langit… bahwa engkau belum mau berdoa kepada Alloh akan kedurhakaanku… Maka, ampun, wahai Ibu!!

Kalaulah itu yg terjadi… dan do’a itu tersampaikan ke langit! Salah pula ucapan lisanmu!! Apalah jadinya nanti diriku… Apalah jadinya nanti diriku… Tentu aku akan menjadi tunggul yg tumbang disambar petir… apalah gunanya kemegahan, sekiranya engkau do’akan atasku kebinasaan, tentu aku akan menjadi pohon yg tidak berakar ke bumi dan dahannya tidak bisa sampai ke langit, di tengahnya dimakan kumbang pula…

Kalaulah do’amu terucap atasku, wahai bunda… maka, tidak ada lagi gunanya hidup… tidak ada lagi gunanya kekayaan, tidak ada lagi gunanya banyak pergaulan…

Ibu dalam sepanjang sejarah anak manusia yg kubaca, tidak ada yg bahagia setelah kena kutuk orang tuanya. Itu di dunia, maka aku tidak dapat bayangkan bagaimana nasibnya di akherat, tentu ia lebih sengsara…


Ibu…

Setelah membaca suratmu, baru aku menyadari kekhilafan, kealfaan dan kelalaianku.

Ibu… Suratmu akan kujadikan “jimat” dalam hidupku… setiap kali aku lalai dalam berkhidmat kepadamu akan aku baca ulang kembali… tiap kali aku lengah darimu akan kutalqinkan diriku dengannya… Akan kusimpan dalam lubuk hatiku, sebelum aku menyimpannya dalam kotak wasiatku… Akan aku sampaikan kepada anak keturunanku, bahwa ayah mereka dahulu pernah lalai di dalam berbakti, lalu ia sadar dan kembali kepada kebenaran… ayah mereka pernah berbuat salah, sehingga ia telah menyakiti hati orang yg seharusnya ia cintai, lalu ia kembali kepada petunjuk.



Bunda…

Tua… engkau berbicara tentang tua, wahai bunda…?! siapa yg tidak mengalami ketuaan, wahai ibu!!

Burung elang yg terbang di angkasa, tidak pernah bermain kecuali di tempat yg tinggi… suatu saat nanti dia akan jatuh jua, dikejar, dan diperebutkan oleh burung-burung kecil.

Singa, si raja hutan yg selalu memangsa, jika telah tiba tua, dia akan dikejar-kejar oleh anjing kecil tanpa ada perlawanan… Tidak ada kekuasaan yg kekal, tidak ada kekayaan yg abadi, yg tersisa hanya amal baik atau amal buruk yg akan dipertanggungjawabkan.


Ibu…

Do’akan anakmu ini, agar menjadi anak yg berbakti kepadamu, di masa banyak anak yg durhaka kepada orang tuanya… Angkatlah ke langit munajatmu untukku, agar aku akan memperoleh kebahagiaan abadi di dunia dan di akherat.


 ..
''...Ya Allah....
Ampunilah Bagiku Segala Dosaku & Juga Dosa
Dua Ibu Bapaku & Kasihinilah Mereka Keduanya Sebagaimana Mereka Memelihara
Dan Mendidiku Di Masa Kecil...
''..Amin Ya Robbal,Allamin..