Makkah al-Mukarramah,
12 Rabi'ul Awwal 1406 H.
Ali Thanthawi
Putriku tercinta! Aku adalah seorang laki-laki yang sudah beranjak ke
usia lima puluh tahun.[3] Telah lewat sudah masa remaja, dan
kutinggalkan impian-impian dan khayalan-khayalan. Berbagai negeri telah
kukunjungi dan banyak orang kujumpai. Pahit getirnya dunia telah aku
cicipi. Karena itu, dengarkanlah nasihat-nasihatku yang benar lagi jelas
berdasarkan pengalaman-pengalamanku. Pasti belum pernah engkau
mendengarkannya dari orang lain.
Melalui tulisan, kami selalu
mengajak perlunya perbaikan moral, menghapus kerusakan dan mengalahkan
hawa nafsu hingga pena tak lagi mampu menulis dan lidah menjadi kelu,
namun kami tak menghasilkan apa-apa. Kemungkaran belum dapat kami
berantas bahkan semakin bertambah, berbagai kerusakan merajalela, busana
terbuka dan merangsang semakin trendi serta semakin marak. 'Wabah' ini
berkembang dari satu negeri ke negeri yang lain, bahkan menurut
dugaanku, tidak ada satu negeri Muslim pun yang selamat darinya. Di
negeri-negeri kaum Muslimin sendiri yang dulu terdapat baju panjang yang
sempurna dan kesungguhan dalam menjaga kehormatan dan aurat, kini para
wanitanya keluar rumah dengan busana 'seksi' yang terbuka bagian lengan
dan lehernya.
Kami belum berhasil dan saya kira tidak akan
berhasil. Mau tahu sebabnya? Karena sampai saat ini, kami belum
me-nemukan cara untuk memperbaikinya dan belum tahu jalannya.
Sesungguhnya, jalan kebaikan itu ada di hadapan matamu, duhai putriku!
Kuncinya berada di tanganmu. Bila engkau percaya kunci untuk masuk itu
ada, lalu kalian mempergunakannya, maka pasti kondisinya akan menjadi
baik.
Benar, yang lebih dulu memulai mengayunkan langkah menuju
kubangan dosa adalah lelaki, bukan wanita! Hanya saja, bila engkau
menolak, pasti laki-laki tidak akan berani. Andaikata bukan karena lemah
gemulaimu,[4] laki-laki tidak akan bertambah nekad. Engkaulah yang
membuka pintunya sedangkan dia hanya masuk. Seakan kau katakan kepada si
pencuri, "Silahkan!" Lalu ketika ia telah mencuri, engkau berteriak,
"Maling! Tolong ada maling! Saya kemalingan!"
Jika engkau telah
menyadari bahwa laki-laki tersebut adalah srigala sedang dirimu adalah
seekor domba, maka tentu engkau jauh-jauh hari sudah menghin-darinya
sebagaimana domba yang menghindari srigala. Kalau engkau tahu bahwa
laki-laki tersebut adalah pencuri, pasti engkau akan bersikap hati-hati
seperti halnya si kikir yang takut hartanya dicuri.
Manakala
srigala hanya menghendaki daging si domba, maka apa yang diingin-kan
laki-laki darimu jauh lebih berharga dari sekedar daging domba itu.
Bahkan, kematian kiranya lebih baik bagimu daripada harus kehilangan
sesuatu yang paling berharga itu. Lelaki hanya mengingkan sesuatu yang
paling berharga pada dirimu, yaitu kehormatanmu. Kehormatan adalah
kebanggaan dan kemuliaan yang dengannya kamu hidup. Hidup bagi wanita
yang telah terenggut kehormatannya adalah seratus kali lebih pahit
daripada kematian seekor domba yang diterkam srigala.
Ya, demi
Allah! Saat memandang seorang gadis, yang terlintas dalam khayalan
seorang pemuda hanyalah kondisinya yang tanpa sehelai benang pun melekat
di tubuhnya.
Demi Allah, begitulah kenyataannya. Kami
bersumpah untuk kedua kalinya di hadapanmu ini. Janganlah engkau pernah
percaya manisnya tutur kata sebagian laki-laki, bahwa mereka tidak
melirik seorang gadis melainkan hanya sekedar ingin mengetahui akhlak
dan budi pekertinya saja; bahwa mereka berbicara kepadanya hanya sebagai
seorang sahabat; bahwa mereka akan mencintainya sebagai seorang teman.
Demi Allah, itu bohong! Andaikata engkau mendengar obrolan antar
anak-anak muda dalam kesunyian mereka, tentulah engkau akan mendengarkan
sesuatu yang mengerikan dan menakutkan.
Senyuman yang dilemparkan
pemuda ke arahmu, kehalusan tutur kata dan perhatiannya terhadapmu;
semua itu tidak lain hanyalah perangkap rayuan untuk mencapai apa yang
diinginkannya. Setidaknya rayuan itu adalah kesan tersendiri bagi si
pemuda.
Tetapi, selanjutnya, apa yang kemudian akan terjadi, duhai putriku? Camkanlah dengan baik!
Kalian berdua sesaat berada dalam kenikmatan, untuk kemudian engkau
ditinggalkan begitu saja, dan engkau selamanya tetap akan merasakan
penderitaan akibat kenikmatan sesaat itu. Sementara pemuda itu akan
terus mencari mangsa demi mangsa untuk direnggut kehormatannya. Sedang
dirimu harus menang-gung beban kandungan yang membesar di perutmu.
Jiwamu pasti merintih, keningmu kini telah tercoreng. Masyarakat nan
zhalim dapat mengampuni pemuda itu dengan mengatakan, "Dulu ia pemuda
yang sesat, tapi sekarang sudah bertaubat!" Tetapi bagaimana dengan
dirimu? Selamanya engkau hidup berkubang kehinaan dan membawa aib.
Masyarakat seakan tak dapat mengampuni perbuatanmu itu selamanya.
Andai saat bertemu pemuda itu, engkau berani menentang, membuang muka,
menunjukkan jati dirimu dan menghindar, lalu bila si pengganggu itu
belum juga mau mengindahkan bahkan sampai berbuat lancang melalui ucapan
atau tangannya yang usil, maka lepaskan sepatu yang melekat di kakimu,
lalu lemparkan ke kepalanya! Jika semua itu engkau lakukan, pasti semua
orang di jalan akan membelamu. Setelah kejadian itu, tentu pemuda-pemuda
iseng tidak akan berani lagi mengganggumu dan juga gadis-gadis
selainmu. Tentunya, jika ia seorang pemuda yang baik, ia akan datang
kepadamu untuk meminta maaf dan berjanji tak akan mengulangi lagi
perbuatannya. Bahkan, bisa jadi ia akan mengharapkan adanya hubungan
yang baik dan halal denganmu, untuk kemudian akan datang melamarmu.
Betapa pun status, kekayaan, popularitas dan wibawa yang dicapai
seorang wanita, maka ia tidak akan dapat menggapai angan-angan terbesar
dan kebahagiaan selain dalam sebuah pernikahan. Yaitu kala menjadi
isteri yang baik, seorang ibu yang terhormat dan pendidik bagi keluarga.
Sama saja dalam hal itu, para ratu, para putri raja atau pun para artis
film Hollywood kenamaan yang memiliki ketenaran dan citra yang dapat
menipu banyak wanita.
Aku mengenal dua orang sastrawati besar dari dua negara Islam.
Keduanya adalah sastrawati sejati, memiliki harta kekayaan dan kejayaan
sastra. Namun sayang, keduanya kehilangan suami, lalu akal sehat pun
hilang dan akhirnya menjadi gila. Dalam hal ini, jangan pojokkan diriku
dengan pertanyaan tentang siapa mereka sebab nama-nama itu sudah amat
terkenal.
Pernikahan adalah cita-cita tertinggi seorang wanita,
walaupun ia seorang anggota dewan dan pemegang kekuasaan. Tak ada
seorang pun yang sudi menikah dengan wanita pelacur. Seorang laki-laki
yang bermaksud menikahi wanita baik pun, bila mengetahui ternyata ia
seorang yang sesat, maka akan pergi meninggalkannya pula. Kalau ingin
menikah, maka ia akan memilih wanita yang baik, karena ia tidak rela
bila kelak nyonya rumah tangga dan ibu bagi putra-putrinya adalah
seorang wanita asusila.
Seorang laki-laki walaupun dia seorang
fasik, germo, bila di pasar kelezatan tidak mendapatkan wanita yang rela
menumpahkan kehormatannya di atas kedua kakinya atau yang dapat menjadi
barang permainan di hadapannya, ataupun bila ia tidak juga mendapatkan
wanita fasik atau wanita lalai yang mau menemaninya kawin berdasarkan
agama Iblis dan syariat kucing di bulan Februari, maka pastilah ia
meminta wanita yang menjadi isterinya itu menikah berdasarkan sunnah
Islam.
Jadi, akar penyebab hilangnya minat terhadap ikatan
pernikahan adalah kali-an, wahai kaum wanita! Bila bukan karena wanita
fasik, tentu hilangnya minat pada ikatan pernikahan tidak akan terjadi
dan peluang berbuat maksiat tidak akan terbuka lebar. Kenapa kalian
tidak menyadari hal itu? Dan mengapa para wanita mulia tidak berupaya
mencari penyelesaian bagi malapetaka ini? Kalian lah yang lebih pantas
dan mampu daripada kaum laki-laki untuk melakukan upaya itu. Kalian
lebih mengerti bahasa wanita dan cara menyadarkan mereka, dan karena
yang bisa menyelamatkan korban kerusakan ini hanya kalian, para wanita
terpelihara, mulia, wanita yang terjaga dan beragama.[5]
Di
setiap rumah di negeri kaum muslimin terdapat para gadis berusia siap
nikah tetapi belum juga mendapatkan jodoh. Penyebabnya adalah
kecenderungan para pemuda untuk memiliki 'pacar' sehingga tidak butuh
kepada isteri. Tidak menutup kemungkinan, kondisi serupa juga terjadi di
negeri-negeri lain.
Karena itu, kalian perlu membentuk
organisasi-organisasi kewanitaan yang terdiri dari para sastrawati, para
intelektual, para guru dan mahasiswi yang misinya mengembalikan
saudari-saudari kalian yang salah jalan itu kepada kebenaran. Ajaklah
mereka agar bertakwa kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Jika menolak,
takutilah mereka dengan memberikan peringatan bahwa apa yang mereka
lakukan itu dapat menyebabkan datangnya penyakit. Jika masih
membangkang, maka jelaskan kepada mereka dengan berkaca kepada realitas
yang ada. Katakan kepada mereka, "Kalian adalah gadis-gadis remaja yang
cantik. Karena itu, pasti kalian menjadi rebutan para pemuda. Akan
tetapi, apakah masa remaja dan kecantikan itu akan kekal abadi? Adakah
sesuatu di dunia ini yang akan kekal abadi? Bila nanti, kalian sudah
menjadi nenek-nenek yang bungkuk punggungnya dan keriput wajahnya,
ketika itu, siapa yang akan berminat lagi? Tahukah kalian, siapa yang
akan memperhatikan, menghargai dan mencintai seorang nenek? Jawabannya,
adalah anak-anak dan para cucunya. Saat itulah, sang nenek akan menjadi
ratu di tengah rakyatnya. Duduk manis di atas singgasana mengenakan
mahkota. Akan tetapi, bagaimana pula dengan nasib seorang nenek yang
masih belum bersuami? Tentu, kalian sendiri lebih tahu apa yang terjadi
dengannya!"
Di sebuah trotoar di persimpangan jalan di Brussel,
aku menyaksikan seorang nenek tua yang berdiri menggunakan penyangga
untuk kedua kakinya. Karena sudah dimakan usia, segenap tubuhnya
gemetaran. Ia ingin menyeberang, namun hampir saja ia diserempet oleh
mobil-mobil di sekelilingnya. Kasihan, tidak seorang pun yang mau
mem-bimbingnya.
Kepada pemuda yang bersamaku, aku berkata, "Sebaiknya salah seorang dari kalian menghampiri nenek itu dan menolong-nya."
Waktu itu, kami bersama seorang teman lama bernama Ustadz Nadim
Zhubyan. Sudah lebih dari 40 tahun ia tinggal di Brussel. Beliau
bercerita kepadaku, "Tahukah anda bahwa nenek tua itu dulunya adalah
wanita primadona di negeri ini yang banyak membuat orang terbuai? Para
lelaki selalu menguntitnya dan dengan sepenuh hati rela merogoh kocek
mereka hanya sekedar untuk dilirik atau disentuhnya. Tetapi setelah masa
bunga berakhir dan kecantikan di wajah telah pupus, tak seorang pun
yang anda lihat sudi menyentuh tangannya."
Sebandingkah
kenikmatan itu dengan penderitaan yang dialaminya di atas? Akankah kita
tukar akibat dari itu dengan kenikmatan sementara?
Perkataan-perkataan seperti ini bagi kalian para wanita, tidak
memerlukan petunjuk orang lain dan kalian tidak akan kehabisan cara
untuk memberi nasehat kepada saudari-saudari kalian yang salah jalan dan
patut dikasihani. Jika kalian tidak dapat mengasihani mereka, minimal
berusahalah untuk menjaga wanita baik-baik, gadis-gadis yang sedang
tumbuh agar tidak menempuh jalan yang salah itu.[6]
Aku tidak
menuntut kalian untuk merubah secara drastis dan mengembalikan wanita
masa kini kepada kondisi wanita Muslimah sejati. Tidak, kami menyadari
bahwa perubahan secepat itu biasanya mustahil dilakukan. Kondisinya
seperti antara malam yang gelap gulita dan pagi yang cerah bercahaya, di
mana Allah Subhanahu wa ta'ala tidak memindahkan dari kegelapan kepada
cahaya dalam sekejap. Tetapi, Dia memasukkan siang ke dalam malam tanpa
engkau rasakan adanya perubahan itu. Sama seperti jarum jam yang engkau
lihat diam tak bergerak. Padahal bila dirimu kembali dua jam kemudian,
pasti ia telah bergeser. Demikian pula dengan perubahan manusia dari
masa kanak-kanak ke masa remaja, dari masa remaja ke masa tua. Juga sama
halnya dengan perubahan sebuah negeri, dari satu kondisi ke kondisi
yang lain.
Akan tetapi kembalilah ke jalan kebaikan selangkah
demi selangkah, sebagaimana ketika engkau menyongsong jalan keburukan
setapak demi setapak. Kalian mulai dari memendekkan pakaian sedikit demi
sedikit, kalian pertipis kerudung dan sabar melalui masa yang panjang.
Kalian lakukan perubahan ini, sedangkan lelaki shalih tidak menyadari.
Majalah-majalah porno menggalakkan masalah ini, orang-orang fasik riang
gembira, sampai akhirnya kita mencapai suatu keadaan yang tidak diridhai
Islam, bahkan tidak pula oleh agama lain. Juga tidak dilakukan oleh
orang-orang Majusi para penyembah api yang berita mereka sudah kita baca
di buku-buku sejarah. Bahkan hingga sampai pada suatu keadaan yang
tidak dapat diterima para hewan.
Dua ekor ayam jago saja bila
bertemu untuk memperebutkan sang betina, pasti saling serang karena rasa
cemburu dan membela. Tetapi sungguh aneh dengan para lelaki Muslim yang
tidak cemburu terhadap wanita Muslimah dilirik orang asing. [7] Bukan
sekedar wajah yang dilirik, telapak tangan ataupun lehernya tetapi
segalanya. Ya, segalanya selain sesuatu yang menjijikkan untuk dilihat
dan harus ditutup, yaitu kemaluan dan buah dada.
Di klub-klub
malam, suami-suami Muslim tega menyodorkan isteri-isteri mereka untuk
diajak berdansa dan dipeluk lelaki lain. Dada menempel dengan dada,
perut bertemu perut, bibir dengan pipi, lengan melingkar tubuh. Kendati
demikian, tak ada seorang pun yang protes terhadap pemandangan itu. Di
kampus-kampus Universitas Islam, mahasiswa Muslim biasa berdua-duaan
dengan mahasiswi Muslimah yang tanpa menutup aurat. Anehnya, tak satu
pun, orang-orang tua Muslim yang mengingkari hal tersebut. [8]
Pemandangan-pemandangan seperti itu banyak terjadi. Dan itu tidak dapat
diatasi hanya dalam sehari atau dengan upaya yang tergesa-gesa. Tetapi
caranya adalah dengan kembali ke jalan yang benar melalui jalan yang
semula pernah kita tempuh ketika melakukan keburukan, walaupun jalan
yang berat itu seka-rang amat panjang. Jalan kembali satu-satunya yang
panjang ini harus ditempuh, sebab bila tidak, maka kita tidak akan
sampai ke tujuan. Kita mulai dengan memberantas masalah ikhtilath
(bercampur-baurnya laki-laki dan wanita dalam satu tempat tanpa hijab).
Seorang gadis tidak seharusnya bercampur baur dengan lelaki yang bukan
mahramnya, seorang isteri juga tidak seharusnya menerima teman suaminya
di rumah, menyapanya jika bertemu di kereta atau bertemu di jalan.
Seorang gadis tidak seharusnya menjabat tangan pria di kampus,
berbincang-bincang, berjalan seiring, belajar bersama untuk ujian,
kemudian dia lupa bahwa Allah Subhanahu wa ta'ala menjadikannya sebagai
wanita dan si kawan sebagai pria, satu dengan yang lainnya dapat saling
terangsang. Siapa pun, baik wanita, pria atau seluruh penduduk dunia
tidak akan mampu mengubah ciptaan Allah Subhanahu wa ta'ala, menyamakan
antara kedua jenis atau menghilangkan kecenderungan yang ada di dalam
jiwa mereka.
Aku memiliki beberapa makalah tentang kesetaraan
gender (kesamaan antara laki-laki dan wanita). Di situ aku berbicara
tentang beberapa hak dan kewajiban, pahala dan siksa, tetapi aku tidak
berbicara mengenai pekerjaan, fungsi dan tugas. Karena tidaklah mungkin
seorang laki-laki itu akan hamil dan menyusui menggantikan para wanita,
sementara wanita pun tidak mungkin berperang atau melakukan
pekerjaan-pekerjaan berat menggantikan peran laki-laki.
Para
propagandis 'egalitarianisme' (persamaan hak) dan ikhtilath yang
mengatas-namakan 'civiel society' adalah para pembohong besar. Hal ini
dapat dilihat dari dua aspek:
Pertama, karena semua itu mereka
lakukan untuk memberikan kepuasan kepada diri mereka sendiri. Mereka
menikmati pemandangan anggota tubuh yang terbuka itu dan
kenikmatan-kenikmatan lain yang mereka bayangkan. Akan tetapi, mereka
tidak berani berterus terang. Oleh karena itu, slogan-slogan seperti
kemajuan, masyarakat madani, seni, kehidupan kampus, semangat olahraga
dan slogan-slogan kosong tanpa makna lainnya itu hanyalah kedok belaka,
ibarat gendang yang ditabuh.
Kedua, mereka bohong karena
mengekor kepada Barat dan menjadikan Barat sebagai penyuluh. Mereka
tidak dapat memahami kecuali menurut cara pandang Barat. Menurut mereka,
kebenaran bukanlah lawan dari kebatilan. Tetapi kebenaran adalah segala
sesuatu yang datang dari sana; Paris, London, Berlin dan New York,
sekalipun yang dilaku-kan itu berupa dansa, pornografi, pergaulan bebas
di kampus, pamer aurat di tempat umum atau telanjang ria di pantai (atau
kolam renang). Sementara kebatilan menurut mereka adalah sesuatu yang
datang dari sini; dari lembaga-lembaga pendidikan Islam di Timur dan
dari masjid-masjid milik orang-orang Islam, sekalipun hal itu berupa
kehormatan, petunjuk kebenaran, keterpeliharaan dan kesucian, baik
kesucian hati maupun tubuh.
Di Eropa dan Amerika, Seperti yang
sering kita baca dan dengar dari mereka yang pernah berkunjung ke sana
ternyata masih terdapat banyak keluarga yang tidak rela dan tidak
mengizinkan pergaulan bebas. Di Paris, misalnya, para bapak dan ibu
melarang anak gadis mereka berjalan dengan seorang pemuda atau pergi
bersama ke gedung bioskop. Bahkan mereka tidak diperbolehkan nonton,
kecuali film-film yang sudah diketahui jalan ceritanya dan mereka tahu
benar bahwa di dalam film-film itu, tidak ada adegan porno dan jorok.
Yaitu, adegan-adegan yang sangat disayangkan, selalu ada dalam
tayangan-tayangan yang dibuat perusahaan film di negeri kita untuk
kalangan muda-mudi, yang mereka sebut sebagai seni perfilman, karena
ketidakpahaman terhadap agama bahkan juga terhadap film itu sendiri.
Kata mereka, "Pergaulan bebas itu dapat mengurangi nafsu birahi,
mendidik watak dan dapat menekan gejolak seksual di dalam jiwa."
Untuk menjawab hal ini, saya limpahkan kepada mereka yang telah lebih
dulu pernah merasakan pergaulan bebas di sekolah-sekolah, yaitu orang
Rusia yang tidak beragama, yang tidak pernah mendengar petuah ulama dan
pendeta. Bukankah mereka telah meninggalkan percobaan ini, setelah
melihat bahwa hal ini amat merusak?
Tentang Amerika, apakah
mereka belum membaca, bahwa problem Amerika, adalah semakin meningkatnya
siswi-siswi yang hamil? Itu karena mereka mengajarkan pelajaran seks di
sekolah-sekolah. Artinya, sama saja dengan menuangkan bensin ke dalam
api. Kepada para gadis suci yang buta terhadap masalah seks, mereka
jelaskan mengenai apa yang tersembunyi dari aurat laki-laki dan apa yang
dilakukan laki-laki jika sedang berduaan dengan wanita. Pada saat yang
sama, ada setan-setan dari jenis manusia yang mengajak kita agar
melakukan seperti apa yang mereka lakukan. Sebagaimana mereka juga
membiasakan dan melatih para siswi sekolah-sekolah menengah untuk
menggunakan pil pencegah kehamilan.
Siapa yang akan merasa senang apabila universitas-universitas di negeri-negeri kaum Muslimin mengalami persoalan yang sama?
Aku tidak berbicara kepada para pemuda. Aku tidak ingin mereka
mendengar. Aku tahu bahwa mungkin mereka menyanggah dan menertawakan
diriku. Karena aku telah menghalangi mereka menikmati kelezatan yang
benar-benar telah mereka peroleh. Akan tetapi, aku berbicara kepada
kalian, putri-putriku. Wahai putriku yang beriman dan beragama! Putriku
yang terhormat dan terpelihara! Ketahuilah bahwa yang akan menjadi
korban bukan orang lain tetapi kamu sendiri. Oleh karena itu, jangan
serahkan diri kalian sebagai korban iblis. Jangan dengarkan bujuk rayu
mereka dengan dalih pergaulan demi kebebasan, modernisasi, kemajuan dan
kehidupan kampus. Sungguh kebanyakan orang-orang terkutuk itu tidak
memiliki isteri dan anak. Mereka sama sekali tidak perduli dengan
kalian, selain sebagai pemuas kenikmatan sementara. Sedangkan aku
(penulis) adalah seorang ayah dari beberapa orang putri. Jika aku
membela kalian, berarti aku membela putri-putriku sendiri. Aku ingin
kalian bahagia seperti yang aku inginkan untuk putri-putriku.
Sesungguhnya dari perbuatan liar yang mereka lakukan, tak ada sesuatu
pun yang dapat mengembalikan diri wanita kepada kehormatannya yang
lenyap, kemuliaannya yang terkoyak, begitu juga dengan martabat yang
hilang.
Jika seorang gadis telah terjerumus, maka tak seorang
pun dari mereka yang mau meraih tangannya kembali atau menyelamatkannya
dari keterjerumusan itu. Yang justeru mereka lakukan adalah
memperebutkan kecantikan gadis itu selama masih tersisa kecantikan di
wajahnya. Jika sudah hilang, mereka pun pergi meninggalkan gadis
tersebut. Persis seperti anjing-anjing yang meninggalkan bangkai karena
sudah tak menyisakan daging sedikit pun.
Inilah nasihatku
buatmu, wahai putriku. Inilah kebenaran, selain ini jangan dipercaya.
Sadarlah bahwa di tanganmulah kunci pintu perbaikan itu, bukan di tangan
kami kaum lelaki. Jika ada kemauan pada dirimu niscaya engkau sanggup
memperbaiki dirimu sendiri, dengan demikian, umat secara keseluruhan
akan menjadi baik.
Catatan Kaki
[1] Yakni "Ya Binti"
dan "Ya Ibni". Kedua makalah tersebut dalam edisi Arabnya diterbitkan
dalam satu buku, tetapi yang kami terjemahkan hanya makalah "Ya Binti",
pent.
[2] Tentu oleh beberapa penerbit, pent.
[3] Yaitu ketika menulis tulisan ini, sedang pada tahun 1986 M, beliau memasuki usia 80 tahun.
[4] Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Dua (jenis manusia) dari ahli neraka yang aku belum melihatnya
sekarang yaitu; Kaum yang membawa cemeti-cemeti seperti ekor sapi,
mereka memukul manusia dengannya, dan wanita-wanita yang berpakaian
tetapi telanjang, berjalan dengan menggoyang-goyangkan pundaknya dan
berlenggak-lenggok. Kepala mereka seperti punuk unta yang condong.
Mereka tidak akan masuk surga, bahkan tidak akan mendapatkan wanginya,
padahal sungguh wangi surga telah tercium dari jarak perjalanan sekian
dan sekian." (HR. Muslim, 3 /1680)
[5] Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa di antara kalian ada yang melihat suatu kemungkaran, maka
hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu, maka dengan
lisannya, jika tidak mampu, maka dengan hatinya dan itulah
selemah-lemahnya iman." (HR. Muslim).
[6] Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Demi Allah, jika Allah Subhanahu wa ta'ala memberi petunjuk kepada
seseorang melalui kamu, itu lebih baik bagimu daripada unta merah (harta
yang paling berharga di masa itu)." (Muttafaq 'alaih)
[7] Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Tiga (jenis manusia) yang Allah haramkan atas mereka surga: Peminum
khamar (minuman keras), pendurhaka (kepada orang tuanya) dan dayyuts
(lelaki yang tidak punya rasa cemburu) yaitu yang merelakan kekejian
dalam keluarganya." (HR. al-Bukhari, lihat Fathul Bari, 8/45)
[8] Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Tidaklah seorang laki-laki berduaan dengan wanita (yang bukan
mahramnya, pent.) , kecuali pihak ketiganya adalah syetan." (HR.
at-Tirmidzi)
(Diterjemahkan dari naskah aslinya dengan beberapa penyesuaian dan penambahan catatan kaki/alsofwah)
lihat selengkapnya..
http://www.kajianislam.net/2009/02/ungkapan-cinta-untuk-putri-tersayang/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar