Sabtu, 03 September 2011

TERIMAKASIH SUAMIKU.

Jazakallahu khayr ya zawjiy?

Rumah kontrakan ini walau tidak besar tapi juga tidak kecil. Tidak lebih baik dari rumah di sekitarnya tapi juga tidak buruk sama sekali. Aku dan suamiku datang ke kota ini tidaklah dengan membawa harta yang berlebih sedikit pun, namun demikian hidup kami tidaklah berkekurangan. Alhamdulillah `ala kulli hal? segala puji bagi Allah atas setiap keadaan.

Suamiku setiap hari berangkat menuntut ilmu di sebuah ma`had (lembaga) yang cukup dikenal di kota ini untuk belajar Bahasa Arab. Jaraknya tidak dekat tapi juga tidak terlalu jauh, sekitar setengah jam kalau naik sepeda. ?Yah, hitung-hitung olahraga??, kata suamiku ketika akhirnya memilih rumah ini untuk kami sewa daripada sepetak kamar kos yang lebih kecil walaupun lebih dekat dari ma`had tersebut. Bagi suamiku, yang penting rumah itu nyaman untukku karena akulah yang akan selalu berada di sana. Kata suamiku, sebaik-baik tempat wanita adalah di rumahnya [1], maka yang paling baik adalah menempatkannya di tempat yang baik pula baginya. Jadi? di sinilah aku ditempatkan suamiku, di sebaik-baik tempat yang baik bagiku, insya Allah. Alhamdulillah, suamiku tidaklah menyia-nyiakanku, insya Allah.

Sebenarnya aku tidak menuntut apa-apa dari suamiku. Aku hanya ingin berada di dekatnya karena sebelumnya kami tinggal di kota yang berbeda. Aku hanya ingin memainkan peranku sebagai seorang istri. Aku hanya ingin punya alasan untuk bangun lebih cepat dan membuatkannya sarapan pagi, bikin teh atau kopi, menyiapkan pakaiannya sebelum ia berangkat kuliah ataupun segala keperluannya yang lain setiap hari. Karena Rasulullah ?shallallahu `alayhi wa sallam? bersabda bahw siapapun wanita yang meninggal dunia sedang suaminya meridhainya maka dia akan masuk surga [2].

Subhanallah, tidaklah aku ingin punya suami dan melakukan apa pun yang seorang istri harus lakukan untuk mendapatkan ridha suaminya melainkan karena mengharapkan imbalan seperti yang disebutkan hadits tersebut, insya Allah. Menikah itu kan bukan hanya tentang berbakti kepada Allah -hanya karena bila kita menikah maka kita telah menyempuranakan setengah agama [3]- tetapi menikah itu juga tentang berbakti kepada suami karena ketika Allah memberikan syarat bagi wanita mana saja yang taat kepadaNya DAN taat pula kepada suaminya, maka Allah mengizinkannya memasuki surga dari pintu manapun yang ia suka [4]. Subhanallah!

Dan sampai saat ini, ayat-ayat Al Quran dan hadits-hadits Nabi -shalallahu 'alayhi wasallam- yang pernah kubaca selalu mendefinisikan ?wanita sholihah? itu sebagai wanita yang taat kepada suami, yang selalu menyenangkan suami, dan segala hal yang berhubungan suami. Yang berarti wanita sholihah itu adalah wanita yang sudah menikah alias seorang isteri! Merekalah yang kemudian dijanjikan surga oleh Allah. Wallahua?lam.

Jadi bagaimana mungkin aku tidak ingin selalu bersama suamiku?! Sementara ia adalah yang dapat membuatku menjadi salah seorang di antara para wanita sholihah itu. Suamikulah kunciku menuju surga, insya Allah. Maka di sisinyalah aku ingin berada. Insya Allah, aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.

Jazakallahu khayr ya zawjiy [5].

Aku tahu? butuh kesiapan mental, spiritual dan juga finansial bagimu untuk bisa mengajakku hidup mandiri di sini. Tapi kalau dinda sih? ehm, asalkan ada Abang?

***

Mutiara, Zawjah Alfi Khair
Surabaya, Indonesia

link: http://www.kajianislam.net/2007/07/terima-kasih-suamiku/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar