Sabtu, 21 Desember 2013

《♡》 SETETES EMBUN CINTA NIYALA (bagian) 1《♡》

《♡》 SETETES EMBUN CINTA NIYALA (bagian) 1《♡》


《♡》 SETETES EMBUN CINTA NIYALA 1《♡》

Oleh Âl Âkh Mũqâđđis Ẽl-Fârũq


Karya : Habiburahman El-Shirazi

SIAPAKAH yang mampu hidup tanpa cinta?,,,

Perempuan manakah yang bisa membangun singgasana rumah tangganya tanpa cinta? Ia bertanya pada dirinya sendiri dengan hati pilu.

Tak ada! Jawabnya sendiri.

Kecuali, manusia yang hidup tanpa hati dan nurani, seperti pelacur yang biasa hidup nista dan mendustakan cinta. Bahkan seekor merpati yang tiada dikaruniai akal pikiran menerima pasangan hidupnya atas dasar cinta. Tuhan menciptakan mahklukNya di semesta raya ini juga atas dasar kehendak dan cintaNya. Matahari, rembulan dan bintang bersinar karena cinta. Lautan menampung segala sisa dan kotoran yang mengalir dari daratan dengan penuh cinta. Sungai mengalir karena cinta. Angin bertiup karena cinta. Pohon berbuah karena cinta. Bunga-bunga bermekaran karena cinta. Lebah meneteskan madu karena cinta. Dan hidup ini pada asalnya adalah aliran cinta. Sumbernya adalah samudra cinta Allah yang meliputi semesta. Dan segala benda dalam alam raya tunduk patuh menyembah Allah juga atas dasar cinta. Bukankah kesejatian penyembahan dan kepatuhan itu terlahir dari kedahsyatan cinta? Lalu kenapa selalu saja ada yang mengusik hukum cinta?

Ia masih terduduk diatas sajadahnya. Kedua matanya terpejam. Dari dua sudut matanya keluar tetesan bening seperti embun.

Oh, haruskah aku gadaikan hidupku ini? Pasrah tercampak tanpa mimpi mulia seperti pelacur hina yang kalah oleh nafsunya. Hampa, pahit dan getir tanpa cinta. Oh! Bukankah lebih baik aku mati saja jika harus menyerahkan mahkota kehormatan tanpa cinta. Menerima pasangan hidup dengan hati perih tersiksa. Merentas hidup baru hanya untuk mereguk nestapa selamanya. Melayani suami tanpa cinta. Terpaksa dan tersiksa. Melahirkan anak tanpa rasa bangga. Hidup selamanya diatas derita batin tiada tara.

Oh, jika demikian adanya, bukankah aku lebih kalah dari pelacur itu. Mereka mereguk hidupnya atas kehendaknya, atas pilihannya, bahkan mereka bisa begitu menikmati hidup yang dijalani meskipun menistakan cinta. Tapi aku, aku akan hidup dalam bara belenggu keterpaksaan dan pemerkosaan sampai akhir hayat! Kenapa aku mesti mereguk kekalahan ini? Kekalahan untuk hidup ditinggal cinta, dipeluk kebencian dan kehinaan. Kenapaa!? Bukankah ini azab yang tiada tara perihnya? Apakah aku memang berhak menerima azab sepedih ini? Dosa apakah yang telah aku perbuat?

Pertanyaan-pertanyaan itu mencerca dan menusuk-nusuk ulu hatinya. Merajam-rajam batok kepalanya. Sakit, nyeri, perih dan pedih. Air matanya meleleh.

Ia baca sekali lagi surat penting dari ayahnya yang dikirim dengan kilat khusus dari Sidempuan. Surat yang membuatnya kehilangan gairah untuk hidup. Dan membuat ia begitu membenci dirinya sendiri. Surat yang ia rasakan bagaikan vonis masuk neraka selam-lamanya. Padahal, saat itu ia sedang menunggu hari terindah dalam hidupnya, yaitu di wisuda sebagai dokter. Saat ia ingin mereguk manisnya madu kebahagiaan dari hasil belajarnya selama ini. Saat ia membayangkan akan bisa merenda hari-hari indah di depan dengan gelar yang ia peroleh. Namun, isi surat dari ayahnya itu bagai petir yang menghanguskan semua harapannya. Memberangus mimpi-mimpinya dan meluluhlantakkan istana cinta yang ia bangun dengan curahan jiwa untuk menyongsong masa depannya.Kalau saja surat itu bukan dari ayahnya. Kalau saja surat itu bukan itu isinya, Kalau saja calon yang disebut itu bukan Roger orangnya. Oh, kalau saja ia bukan ia, tapi ia adalah debu yang tak mungkin terbebani oleh segala bentuk tidak suka. Dadanya sesak, namun ia tetap menekuri kata demi kata surat itu,

Anakku Niyala

Di Jakarta

Assalamu’alaikum,

Ayah di Sidempuan sehat berkecukupan, demikian juga kakakmu, Herman. Kakakmu kini bahkan telah bekerja di kantor kelurahan. Tidak lagi menjadi buruh tani. Sebentar lagi anaknya yang kedua akan lahir. Ayah berharap kau di Jakarta sehat dan baik-baik saja.

Anakku Niyala,

Ayah bahagia membaca suratmu satu bulan yang lalu. Saat kau kabarkan sebentar lagi akan di wisuda jadi dokter, ayah menangis haru. Juga bahagia. Meski ayah tidak iku andil apa-apa, kecuali sepotong doa. Kakakmu sangat bahagia. Dia langsung membuat acara syukuran kecil-kecilan di rumahnya. Berita bahagia ini akhirnya menyebar. Orang-orang sekampung ikut bahagia, sebab akhirnya dari kampung terpencil di pedalaman Sumatra ini ada yang bisa meraih gelar dokter dari sebuah universitas negeri ternama di Jakarta.

Anakku Niyala,

Dalam suasana bahagia ini ayah minta tolong kepadamu. Dan ayah yakin anakku yang shalehah bisa menolong ayahnya. Begini anakku, kabar engkau tak lama lagi menjadi dokter ternyata membuat bahagia Pak Haji Cosmas, kepala desa kita. Beberapa hari yang lalu beliau datang menemui ayah dan melamarmu untuk diminta menjadi istri anak bungsunya, Roger. Kau tentu kenal Roger. Sebab waktu kecil kau pernah sekolah satu SD dengannya.

Anakku Niyala,

Behadapan dengan Haji Cosmas ayah tiada berdaya apa-apa kecuali mengangguk iya. Sebab terlalu banyak ayah berhutang budi padanya. Kakakmu Herman bisa bekerja di kelurahan juga karena jasanya. Dan ada satu jasa besar Haji Cosmas pada keluarga kita, yang mungkin baru kamu ketahui lewat surat ini.

Begini anakku,

Saat ibumu meninggal kau masih kelas empat SD. Ketahuilah, ibumu meninggal setelah mengidap kangker otak. Seluruh harta yang ayah punya saat itu habis untuk biaya perawatan ibumu di rumah sakit. Ayah berjuang habis-habisan untuk menyelamatkan nyawa ibumu. Pada saa kritis, Pak Cosmas yang saat itu menjadi Sintua (pembantu pastor), datang menawarkan pinjaman. Ayah tidak bisa berpikir panjang kecuali menerima tawaran itu sepenuhnya. Yang ada dalam pikiran ayah saat itu adalah bagaimana ibumu yang sangat ayah cintai itu selamat. Ayah dipinjami dua petak sawah. Sawah itu ayah jual untuk pengobatan ibumu. Namun takdir menentukan lain, ibumu tetap tak bisa diselamatkan. Saat itu ayah sudah tidak memiliki apa-apa, bahkan rumah pun sudah ayah gadaikan. Dan Haji Cosmas datang lagi untuk menawarkan pinjaman, ayah terima.

Ketahuilah anakku, sampai saat ini pinjaman ini belum mampu ayah lunasi. Total hutang ayah delapan puluh juta. Pak Cosmas masih berbuat baik tidak meminta bunga sama sekali. Namun dari mana ayah bisa mendapat uang segitu banyaknya. Jika dihitung-hitung sudah 13 tahun lebih hutang itu belum bisa ayah lunasi. Ayah sudah tak kepalang tanggung malunya pada Haji Cosmas, namun apa daya ayah tidak memiliki apa-apa. Beban hutang itu bagai paku yang menancap di ubun-ubun kepala ayah, meskipun Pak Cosmas tidak pernah menagihnya. Ketika kau berprestasi di Jakarta dan masuk fakultas Kedokteran, kau lah harapan yang akan menyelamatkan ayah dari derita batin yang berat ini. Kakakmu Herman tidak bisa berbuat banyak, ia sendiri susah menghidupi anak istrinya.

Anakku Niyala,

Ketika Pak Cosmas melamar dirimu pada ayah, beliau bilang, jika kau nanti benar-benar menjadi istri Roger, anak bungsunya, maka seluruh hutang ayah dianggap lunas. Bahkan ayah dijanjikan akan dihajikan tahun depan bersama beliau. Anakku, perkataan Pak Cosmas itu adalah gerbang kemerdekaan bagi ayah. Maka dengan penuh harap, ayah minta keikhlasanmu untuk memerdekakan ayahmu yang tidak berdaya ini. Pada hari wisudamu, insyaAllah ayah akan datang bersama kakakmu. Dan pada saat itu pula ayah akan dengar jawabanmu secara langsung. Jika kau ikhlas dan setuju, ayah akan sangat bahagia dan kita akan langsung pulang bersama ke Sidempuan untuk merembug masalah ini dengan keluarga Haji Cosmas. Di tanah kelahiranmu kau bisa mengabdi dan mengamalkan ilmumu. Dan orang-orang Sidempuan akan menyambutmu dengan penuh suka cita dan kehangatan.

Mengingat pentingnya surat ini, maka ayah mengirimkannya dengan kilat khusus. Ayah tidak memaksamu, namun kemerdekaan ayah ada ditanganmu. Anakku, ini bisa jadi pilihan yang sulit bagimu, tapi apa yang ayah bisa lakukan? Padahal awal bulan depan adalah jatuh tempo hutang ayah setelah berkali-kali ayah minta kelonggaran dan penangguhan pada Pak Cosmas.

Sekian dulu. Maafkan ayahmu, jika surat ini tidak berkenan di hatimu.

Wassalamu’alaikum,



Ayahmu

Rusli Hasibuan



Ia memejamkan mata.

Sakit.

Seperti ada belati menghujam ke dalam ulu hatinya.

Perih.

Seolah ada paku berkarat tertancap di batok kepalanya.

Tulang-tulang terasa ngilu bagaikan diremuk-remuk dengan palu godam. Dan langit-langit seakan-akan runtuh menimpa dirinya. Ia merasa menjadi perempuan yang paling menderita didunia. Biasakah ia menolak isi surat itu? Mampukah ia melihat ayahnya hidup tanpa kemerdekaan?

Tidak! Tidak mungkin aku mau berlaku durhaka! Jeritnya dalam hati.

Namun memenuhi isi surat itu dan menerima menjadi istri Roger tak ada bedanya dengan hidup terhina dan sengsara selamanya. Tak ada bedanya dengan melacurkan diri. Menggadaikan jiwa raga untuk menebus materi delapan puluh juta demi kemerdekaan ayah. Oh alangkah nistanya! Ia merasa lebih pelacur dari pelacur. Lebih terhina dari perempuan yang diperkosa seribu durjana.

Bisa jadi niatnya suci, menikah dengan terpaksa. Tapi nuraninya terdalam mengingkari itu bukanlah pernikahan tapi pelacuran. Bukankah imbalan pernikahan itu adalah lunasnya hutang delapan puluh juta rupiah.

”Oh celakalah diriku, aku akan melacurkan diriku dengan kedok pernikahan!” Ia meratap sedih. Ia belum bisa mengakui itu pernikahan, sebab tak ada nurani cinta dan keikhlasan yang mengiringinya. Bukankah pernikahan adalah ibadah? Dan bukankah ibadah harus disertai kecintaan dan keikhlasan agar diterima.

Rasanya ia mau membenci ayahnya.

“Ini semua gara-gara ayah!” Serapahnya.

Namun buru-buru nuraninya mengingatkan bahwa ayahnya lebih menderita dari dirinya. Ayahnya rela menggadaikan kemerdekaannya demi ketulusan cinta padaalmarhumah ibunya. Kalau bukan karena kekuatan cinta mustahil ayahnya mengorbankan semua yang dimilikinya, termasuk kemerdekaannya. Bukankah semua yang berhutang pada dasarnya menggadaikan kemerdekaannya? Tiba-tiba wajah ayahnya yang tirus, tua, tulang menonjol dan mata berkaca-kaca hadir dalam batinnya. Tidak ayah, ayah tidak bersalah! Tegasnya dalam hati.

Lalu siapa yang bertanggungjawab atas nestapa yang sedang mengintainya bagaikan seekor serigala buas ini? Oh, andai saja nama itu bukan Cosmas dan Roger, tentu ia tidak akan terpuruk membenci keadaan seperti ini. Cosmas! Siapa yang tidak kenal nama itu. Sintua yang kini masuk islam. Ya, hampir semua orang di desanya bergembira karena Sintua kaya itu masuk Islam, dan setahun kemudian langsung naik haji. Tapi dirinya tidak. Biasa saja. Ia hanya merasa cukup mengucapkan hamdalah mendengar ayah Roger itu ber-syahadat. Meski ia tidak tahu persis motif keislamannya. Namun yang jelas mantan Sintua itu masuk islam menjelang pemilihan kepala desa berlangsung. Dan ternyata, setelah itu ia terpilih menjadi kepala desa. Tapi ia merasa tidak perlu melihat apa motifnya. Yang penting masuk islam dan ia mengucapkan hamdalah. Itu saja. Titik. Dan tidak ada perasaan apapun dalam hatinya. Gembira atau tidak, sama. Biasa saja.

Lalu Roger. Nama brengsek itu. Nama yang selalu menghidupkan bara kebencian dan kemarahan dalam hatinya. Bagaimana mungkin ia akan menyerahkan jiwa raganya pada manusia tengik itu, meskipun Roger katanya kini telah akrab dengan remaja mesjid di desa kelahirannya. Apakah ia terlalu berlebihan membenci Roger, ia tidak tahu. Yang jelas apapun yang akan dilakukan Roger tidak akan mengubah pandangannya. Roger itu tengik, bajingan yang paling bajingan di dunia ini. Titik! Entah kalau Tuhan menurunkan mukjizat pada Roger sehingga bisa mengubah pandangan hatinya atas dirinya.

Ia masih ingat, waktu kecil dulu, saat masih duduk di kelas empat SD, bagaimana Roger yang saat itu sudah kelas enam nyaris menggagahinya di kebun sekolah. Ia nyaris kehilangan kesuciannya. Untung ada penjaga sekolah yang menolong dan menyelamatannya. Dan kejahatan Roger itu tidak pernah ia lupakan seumur hidup. Kebenciannya pada Roger telah mendarah daging dan tak akan luntur meskipun Roger menjelma menjadi seorang nabi sekalipun. Itulah kebencian seorang perempuan pada lelaki yang telah mencoba berbuat kurang ajar dan merenggut kehormatannya.

Apalagi saat ia pulang ke Sidempuan dua tahun yang lalu, ia mendapatkan berita yang sangat menyakitkan. Ia berkunjung ke rumah sahabat karibnya, Hesti. Namun Hesti tidak ada. Yang ia jumpai justru kisah tragis yang menimpa Hesti. Dari Bibi Hesti mengalirlah cerita yang membuat perih hatinya. Hesti kini menjual diri di Brastagi. Dan Rogerlah yang membuat Hesti melacur. Hesti dihamili Roger dengan iming-iming akan dinikahi dan dibuatkan rumah mewah. Ternyata Roger tak lain adalah serigala berkepala manusia, ia tidak mau bertanggungjawab setelah menodai Hesti. Keluarga Hesti tidak berani menggugat atas apa yang dilakukan roger. Mereka semua takut pada monster-monster yang berdiri di belakang bungsu Sintua itu. Untuk menutup aib, Hesti mengaborsi kandungannya. Ia membawa lari lukanya ke Brastagi dan mengobati lukanya dengan melacuran diri.

Kalau memang Roger kini telah masuk Islam dan bertaubat, tentunya yang pertama kali harus ia lakukan adalah memperlihatkan tangungjawabnya dengan mengentaskan Hesti dari lembah hitam itu. Ia tidak bisa membayangkan pedihnya luka Hesti, teman sebangkunya di SD yang manis dan lugu itu.

Jika ia pasrah mau menjadi istri Roger, apakah luka Hesti tidak akan semakin parah? Kepedihan hati Hesti mungkin bukan karena si bajingan itu berhasil memperistri perempuan berjilbab yang tak lain adalah teman setia Hesti sendiri. Tapi kepedihan Hesti mungkin lebih dikarenakan melihat betapa bodohnya seorang Niyala yang telah mengecap pendidikan tinggi di ibukota, bahkan tertinggi di kampungnya, sampai jatuh ke dalam pelukan makhluk tengik Roger. Dan yang menjadi ganjalan pedih dalam pikirannnya, apakah ayah dan kakaknya tidak tahu ini semua? Apakah mereka tidak tahu siapa Roger dan apa yang telah dilakukannya?

Ia masih bingung mencari dalang penyebab datangnya nestapa yang siap menerkamnya itu. Tiba-tiba ia merasa dirinyalah penyebabnya. Ya, dirinyalah penyebabnya. Kenapa ia mesti terlahir sebagai perempuan? Perempuan yang sering harus pasrah pada nasib. Dan kenapa ia harus berwajah cantik menawan, sehingga banyak serigala mengincarnya, termasuk Roger.

Pelan ia bangkit dan berdiri didepan cermin. Ia memandangi dirinya sendiri. Tiba-tiba bara amarahnya membucah dalam dada, “Tidak! Bajingan seperti Roger tidak berhak menyentuh Niyala!”

Namun pada saat yang sama bayangan ayahnya hadir dengan wajah tirus dan mata berkaca seolah berkata, “Tolong, merdekakan ayah Nak! Dan bukankah menikahi Roger itu dakwah? Jangan berprasangka buruk atas motif keislaman Roger dan ayahnya. Dengan menikahi Roger mungkin kamu berpeluang untuk mengislamkan banyak orang. Mereka kaya raya dan terpandang. Kau bisa berdakwah dengan baik di tanah kelahiranmu. Dan kau juga bisa membantu orang-orang kecil yang kesusahan.”

Pikirannya beku. Bibirnya kelu. Ubun-ubunnya bagaikan ditancap paku.

Namun tiba-tiba ia memberontak, “Bukankah dakwawh adalah sumber cinta, Ayah!? Apakah menikah dengan selain Roger, menikah dengan lelaki yang lebih bersih dalam pandangannya, tidak juga dakwah!?”

Di pelupuk matanya ayahnya menangis tersedu-sedu. Ia merasa sangat berdosa telah berani mebantah ayahnya. Apalagi tiba-tiba tadzkirah (nasihat untuk diingat) Ustadz Hasbiyallah terngiang di telinganya,

“Jalan dakwah tidak mudah dan mulus, jalan dakwah itu terjal penuh hambatan, penuh onak dan duri, badai sering datang menghadang. Berjalan di jalan dakwah memerlukan ketabahan dan pengorbanan yang besar!”

Ia terus tergugu sendirian di kamar, perang batinnya terus berkecamuk sampai alunan azan subuh terdengar mendayu-dayu.

Jika menyukai cactatan ini sahabat ikuti kisah selajutnya (y) bersambung ??,n

Senin, 04 Maret 2013

Biarlah Cinta Menjadi Saksi

Menjadi permata baginya…

Meski sulit rasanya.
Banyak lisan yang jadi perkara…

Tapi lebih banyak ia berlapang dada.
Pengertian tertanam di jiwa…

Umpama semua baik-baik saja.
Ahh, masih banyak kekurangan dimana-mana…r />
Meski kutahu tak ada yang sempurna.
Kembali kuingat dahulu kala…

Saat ikrar janji setia,
Mengarungi bahtera bersama.

Aku bukan istri terbaik untuknya…
Namun aku tulang rusuk yang dicipta.

Untuknya saja…..
Menjadi istri shalihah merupakan asa.

Terkadang membuat semangat menggelora,
Namun juga terkadang berputus asa…

Aku harus bisa…
Menjadi penyejuk hatinya,

Berbakti sepenuhnya…
Setulus hati, setulus jiwa.

Semoga amalanku tercukupkan kiranya.
Hingga ku dikembalikan padaNya,

Dan suami ridla ku menjadi istrinya..
Di dunia yang sementara…

Dan berharap perjumpaan kelak di surga.
Robb. kutahu indahnya pernikahan tak selamanya.

Banyak ujian yang bisa menyesakkan dada.
Tapi kutahu KAU selalu bersamanya.

Maka lapangkan dadanya…
Ketika kekeliruanku menghampirinya.

Berkahilah rumah tangga…
Yang kami bina,

Atas namaMu semata…
Aamiin…

Cinta, Biarkan Aku Menyambut Cinta-Nya

Cinta,
telah lama kita dipisahkan, melalui jarak, melalui waktu…
tak kutemui lagi senyum manismu, tak kujumpai lagi gelak
candamu…
Aku yang pendiam, dan sosokmu yang periang…
Cinta,
kata terakhirmu yang terlontar adalah “Jaga dirimu baik-baik”
Aku menjaga diriku, walau di hatiku masih terbesit keinginan untuk
mengetahui kabarmu…
Siapa yang tidak pernah jatuh cinta, cinta?
Cinta,
Saat itu aku bingung…
Mengapa kamu yang aku pilih…
Aku tertawa sekarang, mungkin sebuah kesalahan di masa lalu
ketika kubiarkan jiwamu datang mengetuk pintu hatiku…
Cinta…
Jiwamu benar-benar menyapa hatiku,
Sungguh cuma sampai di situ…
Lalu Dia menyadarkanku, cinta, tentang dirimu dan juga kesalahanku…
Cinta, sungguh tak pernah aku sesali,
Kau sungguh baik, kau tidak pernah menuntut suatu hubungan…
Kau hanya memberi cinta…
Tanpa pernah menuntut cinta dariku…
Mungkin itu yang membuatku luluh…
Baiklah cinta…
Saat itu mungkin kau tak tau aku juga kagum padamu…
Terima kasih, Cinta,
Atas pengorbananmu… Atas sikap baikmu dan juga cinta yang kau
hadirkan untukku…
Tapi, Cinta…
Sekarang sudah kutemukan cinta yang jauh lebih besar darimu…
Bahkan hatiku pun tak mampu menerima muatan cinta itu…
Aku terbuai dengan cinta-Nya, cinta…
Alunan kasih sayang-Nya telah menyemai molekul cinta yang
dalam di hatiku…
Sungguh harus kutinggalkan engkau, cinta…
Karena hatiku hanya dapat mencintai satu cinta…
Cinta-Nya tak pernah berhenti padaku, sekalipun saat aku
meninggalkan-Nya…
Selamat tinggal, cinta…
Aku memilih-Nya…
Ya, aku memilih cinta-Nya…
Sampai kapan pun, tak akan tergantikan, sekalipun olehmu…
cinta…

Mohon Hamba Pada-Mu





Mohon Hamba Pada-Mu Yaa Robbku


Sunyi dalam mihrabku aku mengaku cinta
selangkah kumenapak, kembali dunia meraja bertahta di singgasana hati

alpa akan pengakuanku
cinta dalam pengakuanku

tak menjadi nafas dalam hidupku
Ah, sungguh tak pantas kulakukan padaMu

Sang Pemilik jiwaku, Pemilik semesta
mengobral kata layaknya Engkau adalah sesamaku

tidak, bahkan dengan sesama pun tak layak kata ini ku umbar
tak pantas kulakoni
karena cinta tak hanya sekedar kata

karena cinta adalah pembuktian
Dan cintaku harusnya adalah pembuktian padaMu Sang Maha Cinta

Di atas sajadah penyembahanku
bahkan dalam gelap ruang rahim ibuku sesaat setelah Kau tiupkan, titipkan nafas
denyut kehidupan untukku

ku ikrarkan janjiku bahwa hanya Engkaulah Rabbku
syahadatku hanya Engkau Ilah bagiku

sumpahku Engkau saja yang pantas ku sembah,
yang pantas ku perTuhankan

Tapi… lagi, dan lagi ku mendustaMu
puluhan tahun Kau beri aku waktu
Tapi hidupku tak lebih dari menghamba pada dunia
ya… dunia milikMu, yang tak lebih dari ciptaanMu
Terlena dalam gemerlapnya

Dalam susahku ku datang padaMu
Menghiba padaMu untuk keMurahan Rahman dan RahimMu
Memohon dan meminta padaMu
padaMu ya Rabb, tidak pada yang lain
yang lain yang ku cinta,

yang lain yang ku perTuhankan di kala aku serba kecukupan
di kala aku miliki dunia yang tak lebih dari titipanMu semata
ya… kuadukan kesahku, ku bawa laraku hanya padaMu
padaMu saja ku menghiba, padaMu saja ku pinta
padaMu saja ku pohon pertolongan

dan kemudian, kembali ku tingggalkan janjiku
tiada kesyukuranku atas nikmat tak terbilang dariMu
Rabbi, tak layak aku yang tidak berlakon cinta mengaku cinta padaMu
Tak layak aku yang tidak menghamba mengaku hamba padaMu
Tak layak aku meminta, memohon, menghiba padaMu yang tidak mensyukuri nikmatMu
Rabbi… meski gelimang dosa membalur diri

Ku menghiba, memohon, meminta padaMu
Ajari aku mencinta pada cintaMu
Ajari aku setia atas janji, ikrar, syahadatku padaMu
Ajari aku menjadi hamba yang syukur nikmat padaMu
Ajari aku menjadi hambaMu

Untukmu yang Karena Allah Aku Mencintaimu

Untukmu yang Karena Allah Aku Mencintaimu

dakwatuna.com
Bismillaah…
Duhai ikhwan yang kelak kau ada di sisiku setiap saat…
Ketika menuliskan ini sungguh aku bercucuran air mata dari telaga di sudut-sudut mataku, karena baru kali ini aku menulis dengan membawa segenap hatiku ke dalamnya,

karena baru kali ini aku menulis dengan penuh cinta dan kasih yang amat terasa,
karena baru kali ini aku beranikan diri untuk mengungkapkan segalanya kepadamu,
karena baru kali ini aku sengaja membuat tulisan yang aku ingin kau membacanya,
karena baru kali ini butiran cintaku tak kuasa terbendung ketika aku ingat perjalanan kita,
dan karena baru kali ini aku menulis untuk seorang ikhwan…

Duhai ikhwan yang karena Allah aku mencintaimu,
Aku adalah akhwat yang kelak kau bimbing dalam langkah-langkah menujuNya..
Aku adalah akhwat yang kelak menjadikanmu teladan dalam keseharian..
Aku adalah akhwat yang kelak ada dalam suka dan dukamu..

Duhai ikhwan yang karena Allah aku merindukanmu,
Darimu aku belajar tentang kesabaran, saat dalam penantian akan dirimu..
Darimu aku belajar tentang keikhlasan, saat aku menerima segala yang ada dalam dirimu tanpa aku rencanakan sebelumnya..
Darimu aku belajar tentang kedewasaan yang sesungguhnya, saat kita menapaki titian pernikahan ini..
Darimu aku belajar tentang pantang menyerah, saat kita melalui hari-hari penuh cobaan akan penantian yang sungguh terasa panjang ini..

Ya mujahidku, penantian ini, bagiku adalah penantian yang begitu panjang dan penuh liku..

Di dalamnya terdapat onak dan duri yang senantiasa menghiasi perjalanan kita, sehingga aku harus menjadikan hatiku seperti telaga yang airnya tak pernah habis, agar kesabaranku pun tak ada habisnya..

Di dalamnya terdapat senyum dan tawa yang melengkapi keindahan penantian ini, sehingga aku harus ekstra dalam menambah cintaku padaNya agar aku senantiasa melantunkan syukur dalam doa-doa yang kupanjatkan..

Di dalamnya terdapat sakit dan tangis yang menambah matang kedewasaan kita, sehingga aku harus meninggikan keikhlasan yang kupunya dan memusnahkan egoku agar kita tak sama-sama menjadi api dalam waktu bersamaan..

Duhai ikhwan yang tatapannya meneduhkan hati,
Ada kalanya aku lelah, tapi aku tau lelah yang kurasa tak selelah perjuanganmu..

Ada kalanya aku ingin marah, tapi aku sadar bahwa marahku hanyalah keinginan seorang anak-anak yang ingin kau perhatikan dan untuk itu aku harus memperhatikanmu lebih dulu..

Ada kalanya aku ingin kau pahami, tapi aku tau kau selalu berusaha memahami diriku bahkan lebih baik dari yang kupinta padamu..

Ada kalanya aku ingin menangis, tapi terkadang aku menyembunyikannya karena aku tak ingin kau dipusingkan dengan tangisanku..

Ada kalanya aku akan membuatmu merasa sedih, sungguh bukan karena aku ingin menyakitimu tapi aku ingin kau mengetahui segala hal tentang diriku tak hanya soal bahagiaku tapi juga sedihku..

Ada kalanya aku kau anggap begitu tak peduli, bukan sama sekali, aku sungguh peduli tapi aku mungkin tak tau cara seperti apa yang dapat kugunakan untuk mengungkapkan kepedulianku itu, maka kumohon ajari aku akan hal itu..

Ada kalanya aku menangis dan tak mengakuinya padamu, ketahuilah aku menangis bukan karena aku lemah, tapi aku manusia yang berperasa, dan dengan menangis aku merasa  lebih tenang dan nyaman, maka genggam tanganku dan izinkan aku menangis di pelukanmu karena itu membuatku jauh lebih tenang ..

Ada kalanya aku kau anggap begitu kekanak-kanakan, bukan sama sekali, aku tak ingin menjadi anak-anak seperti yang kau katakan, tapi aku sedang mencoba masuk ke dalam dirimu dengan cara yang kupunya karena aku tau kau begitu menyukai anak kecil..

Bahkan ada kalanya aku yang membuatmu begitu marah, tapi kumohon saat itu nasehati aku dengan penuh hikmah, bukan dengan terpaan tanda seru yang menghujam, karena sungguh aku pun memiliki sifat wanita yang lemah pada kelembutan..

Duhai ikhwan yang senantiasa memancarkan mahabbah untukku,
Ketika kau tengah bercerita dengan penuh gelora, mungkin aku akan diam saja mendengarkan, bukan tak mau menanggapi ceritamu atau menganggap ceritamu tak menarik, tapi karena aku seorang yang dilatih keahliannya dalam mendengarkan dan saat itu aku ingin membiarkanmu meluapkan keceriaanmu yang memang begitu kurindukan..

Ketika aku hanya ingin menceritakan hal-hal yang ringan, bukan karena aku tak mau berdiskusi denganmu, tapi karena aku seorang yang dilatih kecerdasannya dalam memahami apa makna dari sikap dan air muka seseorang dan saat itu aku melihatmu tengah penat..

Ketika aku tersenyum menatapmu dengan tatapan sedikit sayu dan bersandar di bahumu, bukan karena aku memintamu memanjakanku, tapi karena aku ingin sekadar menekankan bahwa kini kau juga punya aku di sisimu..

Ketika aku bertingkah layaknya anak kecil, bukan karena aku ingin kau perhatikan, tapi aku ingin membiarkanmu sedikit terlena  dalam kemanjaan dan keceriaanku yang tak mungkin kau dapatkan di medan perjuangan dan sekadar untuk melepaskan beban pikiranmu..

Ketika aku tak berterus terang akan sakit yang tiba-tiba muncul di tengah pekatnya malam, bukan karena aku tak mau jujur padamu, tapi karena aku ingin kau tetap terlelap dalam tidurmu yang nyenyak agar kau tidur cukup dan tidak lelah ketika menjalankan qiyamul lail..

Duhai ikhwan yang karena Allah aku ingin menjadi pendampingmu,
Sungguh ikhwanku, ada banyak hal yang kulakukan yang mungkin kau tak memahaminya karena aku melakukannya dengan caraku sendiri,
bukan dengan caramu, maka kuminta kau sabar karena saat itu sebenarnya aku tengah mempelajari dirimu agar dapat melakukan hal-hal tersebut dengan cara yang kau inginkan..

Aku, Kau, dan NYA

Aku padamu jika kau pada-NYA


Jika kau tak pada-NYA, maka tak mudah bagiku padamu



Jika kau ingin aku padamu maka mendekatlah padaNYA

Bukan mendekat langsung padaku

Karena DIA lah yang memegang hatiku.

Aku mungkin bisa tanpa kau

Tapi aku tak bisa tanpaNYA.

Aku, kau, dan NYA

Bukan rupa yang kan membuatku padamu

Bukan harta yang kan membuatku silau padamu

Bukan pula tahta yang kulihat darimu

Rupa kan layu seiring bertambahnya usia



Harta bisa habis kapan saja

Tahta bukanlah segalanya

Aku padamu jika kau dapat membuatku dekat denganNYA

Aku padamu, yang dengan memandangmu membuatku ingat padaNYA

Aku kan melihatmu karenaNYA

Jika DIA ada dalam hatimu, maka aku padamu

If I could see GOD in you, I’m to you

Bumi Allah, 4 Februari 2012

Sahabat…

 

dakwatuna.com

Sahabat…
betapa senangnya hati ini bila dekat denganmu…
Candamu mengandung makna tarbiyah
Tingkah lakumu memberikan contoh yang baik
Tulisan-tulisanmu membeningkan hati
Sahabat…
Engkau selalu mengingatkanku bila khilaf
Senyumanmu menumbuhkan ikatan yang kuat di dalam hati ini
Sapaanmu menandakan akan bertaburnya lagi amal-amal yang sholeh
Langkahmu memunculkan semangat juang para mujahid
Sahabat…
Rezkimu engkau keluarkan di jalan Allah SWT
Kelapangan dadamu membuatku santun padamu
Jiwa pemaafmu bertahta di dalam jiwa ini
Keikhlasan dalam beramal memancarkan cahaya hatimu
Sahabat…
Amanahmu tidak engkau abaikan
Janji-janjimu sangat engkau pegang teguh
Engkau khusyu’ dalam shalat
Shalatmu sangat engkau jaga dari kelalaian
ucapanmu selalu yang bermanfaat
Pergaulanmu terhadap wanita sangat engkau jaga
Sahabat…
Allah swt menjadi tujuan hidupmu
Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah pedoman hidupmu
Sahabatku…
Semoga Allah swt melimpahkan rahmat dan kasih sayangnya kepadamu
Mudah-mudahan engkau selalu dalam petunjuk dan lindungan Allah swt…
Hingga engkau menjadi penghuni syurga Firdaus yang tertinggi
Amin ya Rabbal alamiin…

Gadis Itu Bernama Syafha

Gadis Itu Bernama Syafha


Ilustrasi. (qimta.devianart.com)
dakwatuna.com - Entah kapan rasa ini merasuk sukma. Tak mungkin aku mengingkarinya. Gadis itu sungguh membuatku jadi tak karuan. Dia tak secantik bidadari tapi begitu anggun di mataku. Dia tak terlihat seperti gadis kebanyakan. Begitu bersahaja. Dan yang paling utama dia sangat cerdas. Tapi memikirkannya, bagaikan membuatku ibarat punguk merindukan rembulan.
Mengapa juga aku mesti satu kelas dengannya. Belum kenal saja sudah mampu menaklukkan hatiku. Apalagi kalau sudah kenal. Sepertinya dia adalah gadis yang susah untuk ditaklukkan. Untuk ukuran aku sih gampang. Tampang oke, bodi macho, otak juga encer, cuma satu yang tidak aku punya. Harta guys. Itu yang paling penting. Kalau kembali ke style Syafa, dia sih bukan tipe gadis matre alias mengukur seseorang dari materi. Langkah awal yang mesti aku ambil adalah memperbanyak referensi tentangnya. Ciee…referensi, kayak buat makalah saja. Terutama mengenal pergaulannya. Ada yang lupa diinfokan nih, Syafha itu gadis jilbaber alias jilbab besar. Sebutan itu keren juga untuk muslimah. Biar tidak dibilang norak. Orang-orang kan pada berpikir jilbab besar itu kuno. Bingung juga pakai cara apa untuk mendekatinya. Aku bukan jenggoter, pasti tidak disukainya.
Hari pertama masuk kampus, Syafha sudah mendahului semua teman-teman. Benar-benar gadis yang disiplin. Makin ngefans nih. Tambah memukau saat Syafha tampil di depan kelas memberikan jawaban atas pertanyaan dosen. Sudah cerdas, akhlak terjaga, tidak sombong, perfect deh. Hanya satu yang membuatku kesusahan untuk menilainya. Susah diajak komunikasi. Tertutup dan jarang senyum. Orangnya serius abis. Sama sekali tidak punya teman di kelas. Apa mungkin karena cara berpakaian teman-teman tidak ada yang persis dengannya. Pikirku sambil menerka sikap tertutupnya itu. Semangat!!! Kata itu yang mesti aku pegang. Biar tidak berputus asa. Maksudnya tidak berputus asa mendekatinya.
Begitulah hari pertama kuliah. Suasana datar dan tidak ada yang berkesan kecuali Syafha. Apa aku tersihir ya? Kok jadi kepikiran dia terus. Perkembangan selanjutnya, tunggu hari kedua masuk kampus saja. Paling utama yang mesti aku lakukan adalah fokus dengan akademik. Sepertinya Syafha adalah saingan terberatku. Dia lebih banyak tahu daripada aku. Buktinya setiap pertanyaan dosen mampu ia jawab dengan benar.
Hari kedua masuk kampus, ada yang beda dari Syafha. Murah senyum dan sudah mau berkomunikasi dengan teman-teman yang lain. Tapi masih ada minesnya sih, dia hanya menebar senyum manisnya untuk perempuan. Untuk laki-laki jangan harap. Paling dibalas dengan menundukkan pandangan. Benar-benar susah untuk ditembus. Tunggu saja saat Dewi Fortuna mendatangiku, kataku dalam hati saat dia membalas senyumanku dengan sikap tunduknya.
Doaku terkabul. Saat pembagian kelompok, namaku dan namanya berturut-turut disebutkan oleh dosen. Akhirnya, kesempatan itu datang juga.
Sepertinya Dewi Fortuna benar-benar berpihak padaku. Aku ditunjuk sebagai ketua kelompok. Itu berarti aku bebas memilih siapa saja dari anggota kelompok untuk menjadi sekretaris. Syafha yang akan menjadi sekretaris dalam kelompok kami. Ternyata teman-teman lain juga setuju dengan keputusan yang aku ambil. Sudah aku katakan, bagiku tidaklah susah untuk menaklukkan hatinya. Langkah ini ibarat jalur rel kereta api yang akan menuntunku hingga tiba di tempat tujuan.
Perlahan kudengarkan pendapatnya saat aku meminta ide dari tiap anggota kelompok. Giliran terakhir sengaja aku berikan padanya, biar aku bisa mendengarkan suaranya lebih lama. Sekalian dengan kesimpulan dari masing-masing pemaparan anggota. Sebenarnya, aku juga kasihan karena aku seolah mempermainkannya. Tapi, kalau tidak begitu, dia mana mau bicara pada lawan jenisnya. Tapi sepertinya aku salah menilainya ternyata dia tak begitu susah diajak komunikasi, terbukti saat dia memaparkan idenya dan memberikan jawaban atas sanggahanku.
Karakter yang aneh. Ini bagaikan sebuah tantangan yang mesti aku jinakkan.
Waktu seolah terus berpihak padaku. Mungkin juga kami ditakdirkan selalu bersama atau aku yang terlalu geer. Selalu berharap sang penentu jodoh menjatuhkan pilihan-Nya untukku pada Syafha. Sebuah nama yang begitu indah untuk aku kenang. Betul-betul bagai kekuatan supranatural yang menembus ruas-ruas tulangku hingga buatnya remuk bila aku tak mengingatnya. Sepertinya, aura gadis tanpa polesan itu begitu anggun dipandang mata.
Sore menjelang malam, saat langit berwarna merah saga, ketika dari angkasa tampak satu pemandangan indah. Burung-burung berjejer rapi, Ibarat pernah belajar baris-berbaris. Rapi dan teratur. Dan yang pasti, amat beda dengan pemandangan yang ada di depan mataku sekarang ini. Manusia yang dikaruniai dengan akal ternyata kalah dengan makhluk tak berakal seperti burung. Hampir saja sebuah motor menabrak seorang gadis di perempatan Pettarani.
Aturan sepertinya dibuat hanya untuk dilanggar. Terang saja pemuda bermotor itu hampir menabrak gadis itu. Alasannya karena buru-buru, jadi tidak sempat memperhatikan rambu-rambu.
Itu alasannya. Hati tidak ada yang tahu. Mungkin di mulut bisa membuat seseorang terenyuh, tapi bagaimana dengan hati. Bukan bermaksud untuk berpikiran jelek, tapi melihat gaya dan cara bicaranya. Sama sekali tak beradab, seperti tak pernah belajar agama saja. Untung saja gadis yang hampir ditabraknya adalah gadis sabar dan kelihatan tak banyak menuntut. Yah…agak samar-samar sih aku melihatnya. Maklum sudah menjelang malam.
Pemandangan seperti itu sudah tak asing bagiku di Kota Anging Mammiri ini. Gadis itu tak lepas dari ordinat mataku. Mungkin dia agak kesakitan karena sikunya sempat tersenggol stir motor. Perlahan aku mendekat ke arah gadis itu. Entah garis tanganku yang selalu ingin bertemu dengannya, jodoh, atau apalah. Pastinya, gadis yang tengah mengusap-usap siku serta merintih kecil karena luka di sikunya adalah sosok yang aku kagumi. Syafha, lagi-lagi aku dipertemukan oleh sang pencipta di tempat yang tak aku sangka.
“Bagaimana keadaanmu, tidak apa-apa kan?”
“E…e…eh…, iya alhamdulillah saya tidak apa-apa kok” dengan nada agak kaget ia menjawab pertanyaanku.
Kata terima kasih sempat diucapkannya. Kemudian ia berlalu dan menghilang tanpa jejak. Kaget sebab dalam lamunan ia meninggalkanku dalam keadaan berdiri di trotoar.
Whuaa…astaghfirullah al-adziim. Sedang apa aku ini, mengapa masih saja memikirkan gadis yang tak halal bagiku. Kuarahkan pandanganku ke sebuah masjid yang tidak jauh dari tempatku. Sudah adzan, indah dan merdu itulah yang terdengar tatkala adzan berkumandang. Jadi teringat dengan kisah Bilal bin Rabah yang diangkat sebagai muadzin oleh Rasul. Berdasarkan penjelasan yang ada di literature, suaranya merdu dan lantang. Apa mungkin, seperti inilah gambaran tentang Bilal. Aku terenyuh hingga luluh. Ingin menjadi seperti itu, tetapi bila mengingat kalau aku ini adalah mantan santri, rasanya sangat malu. Pernah jadi santri, tapi kok, tidak tahu adzan. Bukan juga tidak tahu adzan sih. Tetapi tidak meninggalkan bekas-bekas santri pada diri.
Ternyata suara syahdu itu milik teman lamaku sewaktu di pesantren. Entah ini kebetulan atau apa? Baru saja terpikir tentang pesantren. Eh, ternyata yang Mahakuasa menjawab perkataanku.
***
Di parkiran masjid, samar-samar terlihat seorang gadis berkerudung tengah duduk di bibir bak bunga. Berselonjor pasrah.  Lakonnya seperti menunggu seseorang. Perlahan kulangkahkan kaki menuju ke arahnya. Bukan bermaksud apa-apa. Motor temanku terparkir pas di samping gadis itu. Sesuai nomor polisi motornya DD 2551 I. Tadi kami janjian, rencana bertemu di sana.
Syafha, yah, lagi-lagi dipertemukan. Sepertinya, ini adalah sinyal-sinyal kalau aku memang berjodoh dengannya. Bukan sok tahu ya, mencoba menyelaraskan rasa ini.
“Nunggu siapa, Fha?”
“Eh, Jaya. Ini lagi nunggu kakak.”
“Tangan yang tadi tidak sakit kan?”
“Oh, tidak kok. Tadi cuma tersenggol stir motor”
Meski dia berkata tidak sakit. Raut wajahnya tak demikian. Dia tak mudah mengeluh. Makanya makin menambah kekagumanku.
Kisahku baru saja dimulai. Rupanya Syafha adik dari sahabatku, Fahmi. Waduh, pantas saja. Pantas kalau dia begitu anggun. Hasil didikan kakaknya. Yah, Fahmi memang santri teladan di pesantren. Wajarlah kalau akhlaknya ditransfer ke adiknya.
Perbincangan dengan Fahmi membuka jalan lurus bagiku kembali menyelami nilai-nilai Islam. Meski sempat menganggur selama setahun setelah lulus dari pesantren. Bahkan komunikasi pun tak pernah. Toh ternyata kami masih berjodoh. Satu kelas dengan Syafha adiknya. Sungguh benang hidup yang mengagumkan. Seolah telah dibuatkan skrip skenario.
Terhitung dua belas bulan kubergabung menjadi pengurus masjid di tempat Fahmi mengelola TPA dan taklim rutin untuk jamaah. Belajar dan mengajar di sana. Sungguh luar biasa.
TPA yang diasuh Fahmi berkembang menjadi bimbingan belajar bagi siswa. Syafha, kini jadi partner. Kami sama-sama menjadi tenaga pengajar. Tak lagi kuberani menggodanya. Dia begitu berharga. Aku sadar, aku mana pantas untuknya.

Kau Mengaku Muslim???

dakwatuna.com
Kau mengaku muslim, tapi tak bangga dengan busana muslim-mu,
pakaian kafir kau tiru
Kau mengaku muslim, tapi tak terima dengan syariat peraturan,
kau anggap angin lewat
Kau mengaku muslim, dunia kau kejar, akhirat kau dampar
Kau mengaku muslim, perkembangan infotainment tak ketinggalan, perkembangan Islam tak, kau pikirkan
Kau mengaku muslim, shalat kau laksanakan, maksiat pun terus jalan
Kau mengaku muslim, Cinta Islam kau bilang “iya”, belajar Islam kau bilang “nanti saja”
Kau mengaku muslim, ingin surga takut neraka, tapi berislam sekedarnya saja
Kau mengaku muslim, pagi kau beriman, malam kau kafir, malam kau beriman pagi kau kafir lagi
Kau mengaku muslim, media dan gadget tak pernah ketinggalan, Al-Qur’an tak lagi jadi pedoman
Kau mengaku muslim, perniagaan dunia kau kuasai, perniagaan dengan Allah kau acuhi
Kau mengaku muslim, Rukun iman kau hafal, untuk mengamalkan niat dan usaha nol besar
Kau mengaku muslim, Nabi Muhammad kau bilang pedoman, mengikuti sunnahnya kau enggan
Kau mengaku muslim, maksiat kau anggap biasa, Syariat kau anggap fanatisme beragama
Kau mengaku muslim, majelis gaul tak pernah alpa, majelis dzikir kau bilang “nanti saja”
Kau mengaku muslim, Al-fatihah lancar kau baca, ditanya artinya cuma bisa garuk kepala
Kau mengaku muslim, nikmat yang kau punya kau bilang anugerah Tuhan, mengamalkannya     “Just for have fun”
Kau mengaku muslim, berkhalwat dengan manusia kau ahlinya, berkhalwat dengan Allah kalau susah saja… Inikah muslim namanya???

Rabu, 27 Februari 2013

DALAM MUNAJAT CINTA KU "



Bismillaahirrahmaanirrahiim

Dalam setiap Bait do'a2 yang ku lantunkan,semoga DIA membuka pintu hatimu..

Meskipun aku tak tahu pasti apakah engkau BERSEDIA menerimaku..

Karena cinta NYA aku mengenalmu..
Karena kasih NYA aku mulai mendekatimu..

Karena AGAMA yang ada padamu aku mulai jatuh hati padamu..
Namun cinta yang di damba hanyalah cinta yang mendatangkan PAHALA..

Biar hati ini bersatu karena ingin memiliki Redha NYA..
Biar hati terpaut karena berjuang demi agama NYA..
Biar hati saling mencintai untuk menuju Syurga NYA..

Semoga kata hati yang kurasa ini bukanlah cinta yang menyeret pada dosa dan kemurkaan ALLAH..

Biar sama mengobati KEHAUSAN jiwa dengan secangkir air cinta dari Syurga..

Bukan menjemput AIR TIMAH dari neraka..
Sesungguhnya aku MEMAHAMI mu.
.
Bukan mudah meraih cinta yang berbuah PAHALA..
Biar munajat cinta ini terus bersemadi di hati..
Teringat kata:Malu kita hanya kepada ALLAH..

Jika berbuat sesuatu yang membuat ALLAH murka itu patut lebih dimalukan..

Kata yang ku genggam untuk jadi azimat & penguat semangat dalam menjalani arus kehidupan..

Jika aku di sini MENANTI,ku harap kau di sana MENJAGA..
Bila aku di sini BERDO'A,ku harap kau di sana SETIA..
Aku tak berharap di PERTEMUKAN dengan mu..

Tapi aku meminta di PERSATUKAN dalam cinta NYA..
Aku tak berharap kesempurnaanmu..

Karena aku ingin MELENGKAPI nya dengan kekuranganku..
Yang aku impikan hanya KESEMPURNAAN cinta NYA..

Karena hanya begitulah tak akan ada rasa KECEWA pada akhirnya..

Semoga Bermanfaat

"PILIHLAH DIA KARENA AGAMANYA"



Ketika kita memilih dan mencintai seseorang hanya berdasarkan keelokan paras rupanya..

Maka bersiap-siaplah kita KECEWA disaat keelokan itu telah memudar..

Ketika kita memilih dan mencintai seseorang hanya berdasarkan kekayaannya..

Maka bersiap-siaplah kita KECEWA disaat kekayaan itu telah habis..

Ketika kita memilih dan mencintai seseorang hanya berdasarkan kelebihannya..

Maka bersiap-siaplah kita KECEWA disaat mengetahui kekurangannya..

Hendaklah kita memilih seseorang karena ketaatan Agamanya..

Hendaklah kita memilih seseorang karena budi pekerti dan juga akhlaknya..

Dan hendaklah kita memilih seseorang dengan segala keterbatasan serta kekurangannya..

Karena pilihan yang demikian, tak akan lekang dikikis waktu..

Dan semakin hari ia bakal semakin tumbuh dengan suburnya..

Insya ALLAH..Semoga Bermanfaat..

♥♥ MUSLIMAH SEJATI ♥♥

♥♥ MUSLIMAH SEJATI ♥♥

Muslimah Sejati itu..
Calon bidadari surga ALLAH...

Kecantikannya..
lebih CANTIK dari MATAHARI...

Akhlaknya..
lebih HARUM dari MINYAK WANGI...

Cintanya..
lebih SEGAR dari RINTIK HUJAN...

Maka...
jagalah ia dengan KEIMANAN dan KETAQWAAN...
_______________
Muslimah sejati…
bukan dilihat dari bentuk tubuhnya yang mempesona,
tetapi dilihat dari sejauh mana ia menutupi bentuk tubuhnya.

Muslimah sejati…
bukan dilihat dari begitu banyaknya kebaikan yang ia berikan,
tetapi dari keikhlasan ia memberikan kebaikan itu.

Muslimah sejati…
tidak dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya,
tetapi dilihat dari apa yang sering dibicarakan mulutnya.

Muslimah sejati…
bukan dilihat dari keahliannya berbahasa,
tetapi dilihat dari bagaimana caranya berbicara.

Muslimah sejati…
bukan dilihat dari keberaniannya dalam berpakaian,
tetapi dilihat dari sejauh mana ia berani mempertahankan kehormatannya.

Muslimah sejati…
bukan dilihat dari kekhawatirannya digoda orang dijalan,
tetapi dilihat dari kekhawatiran dirinyalah yang menyebabkan orang lain tergoda.

Muslimah sejati…
bukanlah dilihat dari seberapa banyak dan besarnya ujian yang ia jalani,
tetapi dilihat dari sejauh mana ia menghadapi ujian itu dengan penuh rasa syukur.

===============
Engkaukah Calon Bidadari Surga itu?

Engkaukah Muslimah Sejati itu?



wallohu a'lam

Sabtu, 23 Februari 2013

~"Suami Istri Dunia Akhirat"~( Dalam Mihrab Cinta)

Assalamu'allaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Sebuah penantian terkadang membosankan dan memang sering membosankan.
Menanti sebuah hal yang pasti memberikan harapan.
Menantikan hal yang samar-samar menghasilkan keraguan.




l  

menanti hal yang tidak kita ketahui dapat memberikan ketidakpastian.
Mana yang lebih kita pilih dari ketiganya ?
Jika menunggu " Bunga yang merekah " apakah kau tak mau menunggu dengan kesabaran ?

Allah telah mempersiapkan semuanya dengan sempurna.
Kapan bunga itu merekah,dan kapan bunga itu siap untuk dipetik,serta kapan bunga itu kembali pada yang memiliki-Nya.

Allah yang Maha Pencipta,bunga yang jika telah waktunya akan menjadi perhiasan yang terindah untukmu,perhiasan yang lebih indah dan lebih cemerlang dari permata,lebih putih dibandingkan mutiara.Ialah bunga yang memiliki kelembutan melebihi sutra,bunga dengan keindahan melebihi keindahan bunga di dunia.
Beruntunglah kau yang menjadi pemiliknya,akankah kau tak sabar menantinya ?

Ia lah bunga yang jika kau memandang tak ada bosan sedikit pun,hanya kesejukan dan damai hati yang kau rasa.


Ia lah bunga yang halus lakunya,ia lah bunga yang jika kau dengar suaranya dalam melafazkan kalam Allah jadi bergetar hatimu,ia lah bunga yang meneguhkan hatinya dalam kerangka syariat,dalam jalan Al-Qur'an dan Hadist,ia lah bunga yang tak kan layu sampai kapan pun bahkan saat Allah memanggilnya kembali.
Tunggulah ia,maka kau tak kan rugi.

Tahukah kau,semua bunga mampu merekah namun ada kalanya ia tak sampai merekah karena ia tak menjaga hatinya dalam kesucian.
Tapi jika memang terlanjur,jalan menuju sempurnanya rekahan tadi belum tertutup,terbuka untukmu.
Bunga yang selalu menjaga kesucian hatinyalah yang akan merekah dengan sempurna dan siap dipetik oleh para syuhada.
Bahagialah jika kau sedang dalam proses ini,jangan putus asa,jangan menyerah akan Rahmat Allah.

Ia bunga yang tak lain adalah wanita sholehah yang tak kau temui bebas dimana-mana,ia senantiasa menjaga pandangan,menutup auratnya,menjaga lakunya,sopan santunnya dan menjaga kelembutan serta kesucian hatinya.

Salam Santun Ukhuwah Fillah.

dalam tahajudku dimanakah dirimu (Dalam Muhasabah)

Bismillahirrahmannirahim,

Sampai kapankah kelengahan dan kelalaian ini berakhir?
Apakah kita ingin disaat kita dalam keadaan lupa malaikat maut menjemput kita?
Pagi dan sore kita pergi berburu dunia, untuk apa?
Kita lupa dibelakang kita ada penyetir gilaYang menggiring kita menuju tempat yang hina.

Ingatlah, semua tenaga dan kemampuan yang selama inikita andalkan,tidak akan berguna lagi nantinya ketika malaikat mautmenjemput kitakecantikan dan ketampanan yang selama ini kitabanggakan, tidak akan ada artinya lagi ketika hari itu datang Pun pula dengan jabatan dan kekuasaan yang selama inikita pertahankan, tak akan bisamenyelamatkan kita di hari kematianPerhatikanlah amal kita, shalat kita,dan kebaikan kita.

Semua itulah yang akan turut menyertai kita menujupapan pemandianAkan turut bersama kita dalam keranda kematianTurut pula menyertai kita disaat dishalatkanSerta setia menemani kita, ketika ke dalam liang lahat,tempat kita dimasukkan.

Amal kebaikanmu itu akan turut setia menyertaimukemanapun langkahmu menuju.

Di dalam kubur,Ia menjadi penghibur dalam kegalauan,Memberi ketenangan dalam ketakutan,Memancarkan pelita dalam kegelapanWahai saudaraku,Mengapa kenikmatan dunia yang kita rasa,menyebabkan kita lupa akan Pemberinya Mengapa kemilau dunia yang ada, membuat kita lupapada Penciptanya.

Kita lebih mengutamakan yang dicipta dari pada Penciptanya Bibir kita sama sekali tidak bergetar sedikitpun ketikamengingatNya
Padahal malaikat maut menyeru kita seratus kali dalam setiap hari Kalau seandainya batang-batang pohon itu, mempunyai hati, pasti ia akan menjerit.

Begitu juga bebatuan, apabila ia mempunyai roh, pastiia akan merintih.

Mengapa kita tidak sanggup merintih?
padahal sebongkah mimbar dari kayu pernah mengeluhdan merintih pada Rasulullah.

Apabila kepastian itu mulai datang, disaaat kitadipanggil untuk pulang.

Kita akan merasa sungguh tidak bermanfaat harta yangkita kumpulkanHingga, disaat rohmu mulai punah dan suaramu mulaimelemah.

Apakah harta-harta halal yang kita peroleh bermanfaatuntuk kita?

Akankah harta-harta haram menyelamatkan kita?

Atau mungkin teman-teman yang kita banggakan akanmembela kita?

Sama sekali tidak.Tidak ada yang akan memberi manfaat kepadamu,Selain kebaikan yang engkau kerjakan,Hubungan silaturahmi yang kita jalin,satu rakaat di tengah malam yang kita lakukan,Tetesan air mata keimanan, dan juga sedekah yang kita
berikan.

Ingatlah wahai orang yang lalai,Sudah saatnya untuk bangun wahai orang yang sedangterlelap dalam tidur panjang.

Minggu, 17 Februari 2013

MUHASABAH DIRI


Bismillahirrahmanirrahim...

Wahai manusia !
Aku heran pada orang yang yakin akan kematian,tapi hidup bersuka ria.

Aku heran pada orang yang yakin akan pertanggungjawaban segala amal perbuatan di akherat,tapi asyik mengumpulkan dan menumpuk harta.

Aku heran pada orang yang yakin akan kubur,tapi ia tertawa terbahak-bahak.

Aku heran pada orang yang yakin akan adanya alam akherat,tapi ia menjalani hidupnya dengan santai.

Aku heran pada orang yang yakin akan kehancuran dunia,tapi ia menggandrunginya.

Aku heran pada orang yang bersuci dengan air,sementara hatinya masih tetap kotor.

Aku heran pada orang yang sibuk mencari cacat dan aib orang lain,sementara ia tidak sadar sama sekali dengan cacat yang ada pada dirinya.

Aku heran pada orang yang yakin bahwa Allah SWT senantiasa mengawasi segala perilakunya,tapi ia tetap berbuat durjana.

Aku heran pada orang yang sadar akan kematiannya,kemudian akan tinggal dalam kubur seorang diri lalu diminta pertanggung jawaban seluruh amal perbuatannya,tapi berharap belas kasih orang lain.

Sungguh...Tiada Tuhan kecuali Aku...dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Ku.

Sahabat saudaraku fillah,Hari demi hari usia kita kian berkurang,sementara kita tidak pernah menyadarinya.
Setiap hari Aku datangkan Rezeki kepadamu,sementara engkau tidak pernah memuji-Ku.
Dengan pemberian yang sedikit,engkau tidak pernah mau lapang dada.
Dengan pemberian yang banyak,engkau tidak juga pernah merasa kenyang.

Setiap hari Aku mendatangkan rezeki untukmu.Sementara setiap malam Malaikat datang kepada-Ku dengan membawa catatan perbuatan jelekmu.
Engkau makan dengan lahap rezeki-Ku,namun engkau tidak segan2 pula berbuat durjana kepada-Ku.
Aku kabulkan jika engkau memohon kepada-Ku,kebaikan-Ku tak putus2 mengalir untukmu.
Namun sebaliknya,catatan kejelekanmu sampai kepada-Ku tiada henti.
Akulah pelindung terbaik untukmu.Sedangkan engkau hamba terjelek bagi-Ku.Kau raup segala apa yang kuberikan untukmu,Ku tutupi kejelekan yang kau perbuat secara terang-terangan.
Aku sungguh sangat malu kepadamu,sementara engkau sedikitpun tak pernah merasa malu kepada-Ku.Engkau melupakan diri-Ku dan mengingat yang lain.

Kepada manusia engkau merasa takut,sedangkan kepada-Ku engkau merasa aman-aman saja.
Pada manusia engkau takut dimarahi,tetapi pada murka-Ku kau tak peduli.

Sahabat saudaraku fillah,bersujudlah dan bertaubatlah kepada Allah SWT serta menangislah.
Betapa banyak dosa yang telah kita perbuat selama ini.
Lihatlah,betapa banyak kelalaian yang telah kita lakukan selama ini.

"Ya Allah,kami bukanlah hamba-Mu yang pantas memasuki syurga Firdaus-Mu,tidak juga kami mampu akan siksa api neraka-Mu,berilah hamba-Mu ini Ampunan dan hapuskanlah dosa2 kami.Sesungguhnya hanya Engkaulah Sang Maha Pengampun,Sang Maha Agung.
Ya Allah,dosa2 kami seperti butiran pasir di pantai,anugerahilah kami ampunan wahai Yang Maha Agung.Umur2 kami berkurang setiap hari sedangkan dosa2 kami terus bertambah.Adakah jalan upaya bagi kami.
Ya Allah,hamba-Mu yang penuh maksiat ini bersimpuh menghadap-Mu mengakui dosa-dosanya dan memohon kepada-Mu,ampunilah...karena hanya Engkaulah Sang Pemilik Ampunan,Bila Engkau campakkan kami,kepada siapa dan kemana mesti berharap selain dari-Mu ".

" Hisablah dirimu sebelum Allah menghisabmu ".












Wallohu'alam,,,

Nasihat:
Imam Ali bin Abu Thalib RA.

Salam Santun Ukhuwah Fillah.

Kamis, 14 Februari 2013

MenCoba untuk memahami KeinginaNya..


 Bismillah,,,
Saat hari ini kau kecewa pada sesuatu..
Saat kau seakan menyalahkan Allah atas apa yang menimpamu..
Saat kau menyangka bahwa Allah sedang membenci dan menghukummu..

Cobalah diam sejenak…
Lapangkah hati…
Dan cobalah renungkan…

Jika selama ini kau merasa telah menjalankan apa yang Dia perintahkan..
Dan menjauhi apa yang telah Dia larang..
Kau pun tak pernah absen menyambut seruanNya tiap 5 waktu…
Cobalah pikirkan…

Mungkinkah Allah yang Maha Pengasih itu membalas ibadahmu dengan keburukan?
Mungkinkah Allah yang Maha Lembut itu tega memperlakukanmu dengan kejam?

Bukankah dalam ayat-ayat cintaNya…
Allah telah berjanji akan membalas kebaikan hambaNya dengan syurga dan ridhoNya?

Wahai hamba…
Pernahkah kau coba mengerti apa yang diinginkan oleh Allah?
Pernahkah kau menyadarkan diri apa yang ingin Allah ajarkan padamu di setiap kejadian yang kau alami?

Kadang….
Kau hanya sibuk memikirkan apa-apa yang terjadi setelah kau mengalami sesuatu..

Jika itu buruk…
Kau mengeluh dan menggugat Allah atas yang terjadi padamu..

Tapi jika itu baik…
Memang kau bersyukur..
Tapi pernahkah kau sadar…ada yang kau lewatkan dari kebaikan yang Allah berikan itu?
Kau melewatkan sesuatu hal yang sebenarnya lebih penting ingin disampaikan Allah padamu…

Wahai hamba…
Mungkin…pernah tersirat dalam pikirmu..
Kenapa Allah harus memberikanmu cobaan yang menurutmu kenapa cobaan itu tak Dia berikan pada yang mengingkariNya?
Bukankah aku adalah hambaNya yang beriman?
Bukankah aku selalu ta’at pada apa yang Dia perintahkan?

Wahai hamba…

Cobalah renungkan ayat ini dan hujamkan dalam hatimu…tempat dimana imanmu bersemayam.
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat”
(QS. Al Baqarah 214)

Wahai hamba…
Bagimu….telah Allah siapkan ujian…dan dibalik setiap ujian…telah Allah siapkan pula kebahagiaan…
Itupun…jika engkau mampu melewati itu semua dengan sabar…dan sesuai dengan prosedur yang Allah inginkan…

Wahai hamba…
Jika aku akhirnya harus menangis hari ini…
Allah tak akan marah padamu…
Tapi cobalah….jangan berpikir bahwa Allah sedang ingin menyakitimu…
Karena yang kelak disakiti Allah hanyalah mereka yang ingkar…

Kadang…Allah menguji kita dengan sesuatu yang kita senangi..
Itu karena Allah tak ingin kita lalai terhadap apa-apa yang kita senangi..

Karena itu wahai hamba…
Allah memberikanmu hati…agar iman itu punya tempat sebagai benteng pertahanan…
Allah memberikanmu hati…agar ada tempat yang menampung semua rasa yang akan kau rasakan ketika Allah mengujimu…

Karena itu….tiap saat….
Tengoklah keadaan hatimu…
Pastikan…bahwa hatimu masih mampu seluas telaga…
Agar kau selalu siap akan ujian Allah padamu…
Agar kau tetap kuat…disaat Allah ingin mengajarkanmu sesuatu..
Dan agar kau tahu….bagaimana cara Allah mencintaiMu…





Wallohu A'lam

Ketika sayapmu patah..(Puisi ngawur..tapi datang dari hati..)


Masih ingat dalam kenangan
Kau pernah bilang ingin punya sayap

Karna dengan sayap itu kau akan bisa terbang
Saat kutanya kemana kau akan terbang
Kau bilang akan melintasi tiap lapisan langit
Dan akan kau temukan setiap keindahan di tiap lapisan itu

Masa itu telah berlalu
Kau masih berharap akan mendapatkan sayap
Kau bilang bukan hanya akan melintasi langit
Tapi juga sebuah tempat yang jauh tapi lebih indah dari langit
Surga…tempat itu yang ingin kau tuju…

Suatu saat kau berlari dan berteriak padaku
Dengan bangga kau tunjukkan sepasang sayap..
Aku tertegun dan..kagum…
Sayapmu begitu indah..
Kau pun terbang menuju tempat impianmu
Dan aku….aku iri dan berharap akan bisa mendapatkan sayap sepertimu

Berselang waktu dan melewati masa..
Aku juga mendapatkan sepasang sayap…meski tak seindah dirimu..
Aku menyusulmu dengan sayap ini…meski telah tertinggal jauh
Kukira kau telah sampai pada tujuanmu..

Tapi tidak….
Ternyata kau berhenti di persimpangan jalan…
Dalam wajah duka..kau perlihatkan sayapmu..
Ohh…ternyata sebagian sayapmu ada yang patah..
Dan itu tak sanggup membawamu terbang…
Dan kau hanya diam dan meratapi..

Tapi tidak kawan….kau tidak boleh berhenti terbang..
Meski sayapmu patah bukan berarti kau harus menyerah..
Meski kau bilang telah lelah…

Sekali lagi…tidak kawan..
Jika kini sayapmu patah…maka ijinkan aku yang menggantikan sayap patah itu..
Tak perlu kau ragu akan kekuatan sayapku ini..
Jika kita percaya…maka sayapku ini akan sanggup membawa kita berdua
Menuju tempat impian kita…bersama……  

(cieee,, Dalemnya Pengen baget tu Ketika dulu maenjadi Bidadrari ,
Bidadari dalam Hayalan Tentunya,,, Semoga Menjadi kenangan Yang Terindah... Amiin)

Bangganya aku mengenal kalian….

Bismillah…

Tulisan ini teruntuk teman-teman yang telah “berhasil” membuat hati saya bergetar.
  Ya…sebuah getaran syukur yang juga membuat diri ini malu luar biasa..
Sebenarnya rasa kagum ini sudah lama…

.tapi baru sekarang bisa tertuangkan dalam rangkaian kata sederhana. Siapa mereka ? hmm….mereka adalah orang-orang yang sudah lebih dulu mampu merasakan dan menjalani langsung arti sebuah perjuangan hidup.

Saya punya banyak teman yang kuliah sambil bekerja
. Ya…bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup termasuk biaya kuliah. ahh…saya hanya melihat tak ada sedikitpun gurat malu di wajah mereka,,padahal pekerjaan mereka bisa di bilang sebenarnya tidak “elegan” bagi seorang mahasiswa.
Jika hanya bekerja sebagai guru privat misalnya,,mungkin sudah hal biasa. Tapi jika ada yang bekerja sebagai baby sitter, buruh kuli, jual bakso atau makanan penganan atau bahkan menjadi pembantu,,itu baru luar biasa bagi saya.

Ahh….jadi malu! Hingga saat ini rupanya saya belum banyak merasakan arti sebuah perjuangan hidup. Selama ini saya hidup dalam keluarga yang berkecukupan,,meskipun tidak bisa pula dibilang kaya raya atau konglomerat. Minimal…kebutuhan primer dan sekunder cukup terpenuhi. Dan saya tidak perlu mendapatkan itu dengan harus berkeringat,,,cukup memasang tampang wajah memohon sama ortu,,maka dapatlah!

Saya punya teman yang kuliah sambil bekerja,,rupanya dia tipe pekerja keras,,ngambil kuliah malam,karena siangnya bekerja. Dan ternyata..uang gajinya bukan hanya untuk dia sendiri,,tapi juga membantu ortu-nya di kampung dan kebutuhan keluarga yang lain,,it’s amazing for me! Atau teman saya yang bekerja sebagai pembantu,,sedikitpun tak ada rasa malu yang menghiasi wajahnya,,,padahal dia seorang mahasiswa! Saya membayangkan diri sendiri,,ahh…entah apa yang terjadi,,karena saya tidak suka disuruh-suruh orang lain apalagi sampai dibentak.

Ya…seperti itulah perjuangan hidup. Demi menggapai cita dan mempertahankan impian diri. Sekali lagi saya malu…….dan membayangkan sudah seberapa besar perjuangan hidup yang telah saya jalani saat ini? dan perjuangan hidup seperti apa?
Ahh…lagi..dan lagi…saya malu!

Lebih salut lagi mereka yang ditengah kesibukan mencari mai’sya,,,masih menyempatkan diri untuk berkontribusi dalam organisasi. Meski memang tidak bisa maksimal,,tapi mereka berusaha tetap melaksanakan amanah yang sudah di embankan pada mereka. Perjuangan……ya Rabb…..
Sudahlah….rasanya decak kagum saya tak bisa terlukis sempurna dalam tulisan ini. pada akhirnya…rasa syukur itu pun sering menyeruak dalam diri,,betapa Allah memberikan nikmat yang luar biasa. Saya tidak bisa membayangkan kelelahan yang dialami mereka yang bekerja demi sebuah cita. Apalagi menjadi tulang punggung keluarga. Jangankan memenuhi kebutuhan untuk kesenangan diri,,mereka lebih mementingkan urusan diluar itu.

Sedangkan saya?? Ahh…tak usahlah diceritakan,,saya benar-benar malu! makanya dari sekarang saya coba merubah pola hidup saya yang serba ada. Saya sudah bukan lagi anak manja yang selalu meminta apapun yang saya mau pada ortu. Mungkin suatu hari nanti…saya akan mengalami perjuangan hidup seperti itu,,entah ketika nanti sudah menikah atau ketika tiba-tiba Allah mengambil semua kecukupan ini dari saya….

Yah…pada akhirnya hanya bisa berkata…..Aku bangga mengenal kalian…teman-teman yang telah banyak memberikan pelajaran teramat berharga. Saya kadang mengeluarkan air mata ketika ingat teman-teman yang seperti itu…dan lagi-lagi…hanya ungkapan syukur yang terucap kepada Allah atas kehidupan yang dianugerahkanNya kepada saya saat ini….

Wallahualam…



Selasa, 22 Januari 2013

Saat Ketapel Itu Lebih Pantas Masuk SyurgaNya..



Bismillah...
Ketapel itu hanya terbuat dari kayu kering yang tergeletak di antara puing-puing bekas tamparan roket zionis. Dan kini ketapel kecil itu ada dalam genggaman seorang anak Palestina. Saat sang anak sibuk mengumpulkan puluhan batu kerikil, sang ketapel pun bercerita pada tanah tempat ia diletakkan oleh si anak..

Aku hanya sebuah ketapel yang dibuat oleh tangan kecil anak Palestina..
Dengan terampil dia membuatku menjadi ketapel yang cukup kuat…
Setelah selesai ia lalu mengambil sebutir batu kecil dan mulai mengujiku…
Wussshhh…
Batu kecil itu terlempar jauh…
Dan senyum bangga pun tersungging di bibir kecilnya..
Aku pun menjadi saksi perjuangan anak kecil itu…
Dengan tangguh ia menggunakan aku sebagai lambang kekuatan untuk melawan zionis yang sering lewat di depan gang sempit rumahnya…
Setiap kali aku menemaninya mengumpulkan batu-batu kerikil..
Aku pun seolah mendengar kebisingan disana…
Ya….bahkan batu-batu itu pun berteriak pada si anak…
“ambil aku…ambil aku…ambil aku…aku ingin sekali mengalirkan darah tentara zionis itu ketika kau melemparku padanya!!”
Ahh…bahkan batu itu pun bergelora semangat jihadnya…
Entah sudah berapa tentara zionis yang tak luput dari bidikan anak itu…

Matanya jeli saat menggunakan aku untuk melumpuhkan tentara itu…
Tak pernah kulihat anak itu gentar bahkan saat moncong senapan sang tentara diarahkan ke wajahnya…
Tank-tank zionis pun tak luput dari lemparan batu yang ia lempar dariku…
Pernah saat tangan anak itu berdarah saat terkena serpihan roket zionis…

Kuyakin ada rasa sakit teramat sangat yang dirasakannya…
Tapi gelora jihadnya mengalahkan itu semua…
Ia tetap menggenggamku dengan kuat dan membidikkanku kearah tentara zionis!
Dan aku bersumpah….aku akan setia menemani perjuangannya hingga ia syahid dalam dekapan cinta Rabb-nya…!!


Wahai umat muslim di seluruh dunia…
Masihkah kau enggan beranjak dari diammu?
Wahai pemimpin Islam dunia….
Takkah kau malu pada sebuah ketapel kayu ini?
Ia lebih pantas masuk syurga daripada engkau!
Ketapel yang diam…tapi ia bergerak!
Tak seperti kalian…
Hanya bisa berceloteh mencari simpati…
Agar kalian dianggap peduli!

Wahai pemimpin dunia…
Gaza tak butuh celoteh riuh kalian!!
Gaza tak butuh hanya sekedar kutukan dan kecaman dari kalian!
Bukankah kalian tahu bahwa zionis itu tak punya telinga untuk mendengar seruan kalian?
Dan zionis tak akan pernah mau berhenti hanya karena kecaman basi kalian!
Kalian tak berani bergerak hanya karena alasan menjaga hubungan baik antar negara!
Kalian berdalih tak ingin perang karena cinta damai…
Tak jua kah kalian sadar bahwa tak akan pernah ada kata damai dari zionis yahudi??
Andai saja kalian berani…
Maka bersatulah…
Kumpulkan kekuatan maka zionis dan sekutunya pun tak akan mampu mengalahkan kalian!
Tapi kalian terlalu pengecut untuk itu…
Kalian singa di depan rakyat…
Tapi kalian lalat kecil di hadapan zionis dan sekutunya!

Wahai Gaza…
Kemenangan akan kau raih…
Itulah janji Allah atasmu!
Meski senjatamu hanya lemparan batu-batu kerikil!

== Wanita Muslimah Bidadari Dunia ==


" Assalamu'alaikum wr wb,,,,"

== Wanita Muslimah ==

Inikah dirimu…wahai bidadari bumi?

Wajah yang teduh sembari tersipu…
Dengan pandangan tertunduk malu…
Bidadari….inikah dirimu?

Hiasanmu hampir tak terlihat…
Dengan hijab yang selalu tertutup rapat…
Bicaramu sedikit tapi selalu penuh makna tersirat…
Tak ada kata darimu yang sia-sia kecuali yang mengandung nasehat…

Senyummu katanya indah…
Meski aku tak tahu itu benar atau salah..
Jelasnya aku tahu dirimu memang seorang wanita sholehah..

Kau sering jadi pembicaraan hangat para ikhwan…
Wajar…mereka menjadikanmu sebagai bidadari impian..
Meski hanya sekedar ungkapan lewat tulisan…

Inikah dirimu wahai bidadari bumi?
Yang selalu bisa memberikan warna seindah pelangi?
Memberi kesejukan pada siapapun yang mendekati?
Kecuali pada yang bukan muhrim…kau selalu menghindari….

Inikah dirimu bidadari bumi berhati suci?
Yang menjadi incaran para mujahid sejati?


Duhai manusia yang hidupnya penuh liku…
Meski mungkin kau tak tahu…
Betapa diri ini seakan ingin mengiringi tiap jejak kaki sucimu…

Duhai Rasulullah…
Yang tak pernah lelah membawa risalah..
Yang selalu sabar mengemban amanah…
Betapa rasa malu ini membuncah..
Kala mengeluh ditengah perjuangan dakwah…
Padahal tak sebanding dengan medan juangmu di Mekkah dan Madinah…
Yang penuh dengan instrik licik para musuh-musuh Allah…

Duhai Rasulullah…sang Murabbi sejati…
Andai kau sekarang di dekat kami…
Ketika kami merasa rapuh ditengah juang ini…
Pastilah kau akan berdiri dan membakar semangat dalam diri…
Dan meyakinkan kami bahwa pertolongan Allah akan selalu menyertai…

Duhai Rasulullah yang mulia…
Masamu memang telah lewat dan termakan usia…
Namun sirahmu yang luar biasa akan senantiasa terbaca sepanjang masa

Menjadi pegangan bagi orang-orang yang berjuang di jalanNya..

Shalawat dan salam untukmu pun akan terus menggema
Semoga kami termasuk umat yang kelak berdekatan
denganmu di syurga…
 

By : Khalilah Ulfah Mariah 'Arief'

... DISELAMATKAN ALLAH MELALUI DZIKIR ...


Bismillahir-Rahmanir-Rahim .....


Kisah ini disampaikan oleh seorang guru Qur`an Doktorah Raawiyah. Sebelum mengakhiri pelajaran seperti biasa beliau selalu menyelipkan beberapa nasihat, tapi kali ini nasihatnya adalah kisah nyata yang terjadi di Riyadh.

“Yaa Akhwat apa telah sampai berita kepada kalian tentang penculikan seorang gadis mutawasithah (SMP) sepekan lalu?”“Dan tidak ada satu pun dari kami mengetahui berita tersebut”. “Baiklah yaa Akhwat, akan ku ceritakan kepada kalian bagaimana itu terjadi”.

Siang ba’da Dzuhur si gadis pulang sekolah, karena jarak sekolah dan rumahnya dekat seperti biasa dia memilih jalan kaki. Ternyata kebiasaannya pulang sekolah dengan berjalan kaki ini sudah lama diketahui oleh seorang pemuda. Maka terbersitlah dalam pikirannya untuk menculik gadis tersebut dan berhasil!!!

Tak seorang pun yang melihatnya ketika menyekap si gadis dan memasukkannya ke “syanthoh sayyarah” (bagasi mobil) kemudian menguncinya. Sang pemuda membawa gadis malang itu ke daerah Tsumamah. Kalian sendiri tau Tsumamah di waktu siang seperti itu?! Ada siapa disana?! Bisa dipastikan hanya orang kesasar atau tidak punya pekerjaan yang ada disana di waktu siang

Hanya Allah yang tau apa yang hendak diperbuat pemuda tersebut terhadap si gadis. Turunlah si pemuda dengan dengan kunci di tangannya, ingin cepat-cepat melihat “hasil tangkapannya”. Dengan gembira dimasukkannya kunci dan diputarnya, tapiii..ada apa??? bagasi tidak bisa terbuka??? Dicobanya terus dan teruuus. Tapi percuma, adzan Ashar sudah berkumandang. Sang pemuda sudah mulai dihinggapi rasa takut dan “heran” yang sangat. Bisa-bisa si gadis mati karena tidak menghirup udara,maka dicobanya lagi dan lagi ..

Sang pemuda sudah putus harapan, bagasi tetap terkunci rapat. Sementara malam sudah membayangi. Dengan perasaan takut dan pasrah sang pemuda memacuh mobilnya ke bengkel terdekat, berharap disana ada jalan untuk membuka bagasi mobilnya dan menyelamatkan nyawa si gadis. Di bengkel hal yang sama terjadi. Semua cara sudah dilakukan oleh pekerjanya. Terakhir sang pemuda memanggil polisi dan melaporkan hal tersebut. Sekarang yang ada dalam pikirannya hanya bagaimana supaya gadis itu bisa diselamatkan. Oleh polisi diputuskan supaya bagasi dilubangi dengan di las, tapi ajaib, las pun tidak mampu melubangi bagasi.

Maka semua sepakat memanggil seorang Mutawwa’ (Syaikh). Oleh Syaikh bagasi dibacakan ayat-ayat ruqyah kemudian dibuka dengan kunci. Ajaib…, sekali putar bagasi langsung terbuka… Dan didapati si gadis dalam keadaan selamat dan tidak terjadi apapun atas dirinya… Subhanallah… Tercenganglah semua orang dibuatnya…

Maka Syaikh bertanya kepadanya, “Wahai wanita… ceritakanlah kepada kami apa yang telah engkau lakukan sampai Allah menjagamu dengan PENJAGAAN seperti ini?”

Jawabnya singkat, “Sesungguhnya aku tidak pernah meninggalkan DZIKIR PAGI DAN PETANG”

Subhanallah… takjub dengan kisah ini ..

Nasehat Doktorah Raawiyah, “Lihatlah yaa Akhwat… bagaimana Dzikrullah menjadi sebab pertolongan Allah yang AJAIB bagi hamba-hambaNya… Maka jangan pernah tinggalkan Dzikir pagi dan petang sesibuk apapun kalian…”

Semoga kisah ini bisa menjadi cambuk bagi kita untuk senantiasa berusaha mengamalkan dzikir pagi dan petang dan tidak lagi menyia nyiakannya. Dan hanya kepada Allah lah kita memohon Taufiq dan Hidayah.

keep spirit ..keep istiqomah ..

Senin, 07 Januari 2013

Surat Cinta Untuk Ayah Bunda



Ketahuilah wahai Ayah dan Bundaku..
Sekarang gadis itu beranjak dewasa..
Sekarang gadis itu tengah merindukan kalian..
Ya.. merindukan kalian ditengah jauhnya jarak yang memisahkan..
Dan percayakah kalian bahwa gadis itu adalah aku?

Iya.. ini semua masalah jarak..
ini semua masalah waktu..
dan ini semua masalah angan..

Ayah..
Bunda..
kubuka kembali kenangan yang telah kita rajut bersama..
Kini memori itu semakin terekam jelas..
Semuanya semakin besar.. dan semakin memenuhi fikiranku..
Maafkan ananda..
Maafkan ananda..
Karena tidak adanya ananda disamping kalian..
Karena tidak adanya jasad ananda untuk temani kalian saat ini

Kini..
Waktu yang bergulir di dinding kamar,
menyadarkan diri ini dalam lamunan panjang..
kupalingkan mata ke tempat dimana foto kalian bertengger di salah satu sisi kamar..

Masya Allah..
Kalian tidak semuda dulu..
Keriput mulai menghias di wajah cantik dan tampan kalian
Rambut putihpun tak urung menyertai dan hinggap di kepala kalian..
Aku takut bunda..
Aku takut ayah..
Aku takut anakmu ini tidak bisa bahagiakan kalian..
Peluk aku ayah..
Cium aku bunda..

Lihat ayah..
Dada bidangmu.. Tangan besarmu..
Jalan tegapmu.. Pundak kekarmu..
Kini semakin rapuh dimakan masa..
Pundak tempatku kecil bermain..
Dada tempatku kecil menangis..
Dan tanganmu tempatku kecil berlindung..
Peluk aku ayah..

Pandanglah Bunda..
Air matamu.. Senyummu..
Marahmu.. Pengorbananmu..
Perlahan menumbuhkan buiran air mata di kelopak mataku..
Air yang berbulir karena kerinduan kepadamu..
cium aku bunda..

Aku rindu kepadamu ayah..
Aku rindu kepadamu bunda..
Berapa waktu yang aku sia-siakan saat kita bersama..
Berapa banyak air mata yang kalian jatuhi kala aku sakit, kala aku nakal..

Masa itu..
Masa teriindah dalam hidupku..

Kalian inginkan yang terbaik untukku..
Dikala baru lulus SMP, aku memaksa sekolah diluar kota..
Dengan berat hati, kau titipkan aku pada TUHAN..

Ananda beum sempat bahagiakan kalian..
Ananda terlalu banyak membuang waktu kita..
Izinkan ananda berbakti..
Berbakti dengan cinta ananda yang utuh untuk kalian..


Ayah..
Bunda..
Peluk aku..
Cium aku


 Ayah.... Bunda... Aku Sudah Dewasa...???


Lihatlah

Ayah..Bunda…

Sadarkah kalian tentang diriku yang kini agak berbeda?
Bayi kalian yang lucu itu tinggal kenangan indah saja…
Putri kecil kalian yang dulu suka main boneka itu kini beranjak dewasa…

Ayah..Bunda…
Kutahu…ada sedikit khawatir kalian yang mendera…
Tentang anak kalian ini yang sudah masuk dunia remaja…
Ada sedikit rasa takut jika nanti terjadi apa-apa..
Karena menurut kalian, dunia remaja itu sangat berbahaya…

Ayah..Bunda….
Bolehkan aku meminta pada kalian sedikit saja?
Biarkan aku mengenal sendiri lebih jauh dunia ini dan segala isinya…
Biarkan aku kini belajar menjaga sendiri apa yang kupunya…
Kalian hanya cukup mengiringi perjalananku dengan do’a…

Ayah..Bunda….
Jikapun nanti aku terjatuh dan terluka…
Biarkan saja…agar aku tahu rasanya sakit dan tak berdaya…
Mungkin….ditengah tak berdaya itu, aku bisa menemukan pelajaran berharga…

Ayah..Bunda….
Berikan aku sebesar kepercayaan yang kalian punya…
Sepenuh jiwa akan kujaga itu semua…
Semampuku tak akan membuat kalian kecewa…
Sepenuh raga dan jiwa…kulakukan apa saja untuk membuat kalian bahagia…

Ayah…Bunda….
Dewasa itu adalah niscaya…
Tapi menjadi manusia dewasa yang istimewa…itu adalah pilihan luar biasa…
Kalian tak perlu takut jika dewasaku membawa petaka…
Hingga kelak akan membuat kalian ditimpa bencana…
Kalian sudah cukup menjagaku dengan segala upaya…
Mengajariku mengenal dunia yang luasnya tak terkira…
Maka biarkan kini aku mengelana…
Menelusuri tiap sudut bumi yang semakin termakan usia…
Dan mencari jawaban atas beribu tanya yang dulu hanya tersimpan di dada….

Ketika harus menangis…

Bismillah..

Saat ibumu penuh keringat dingin
Berusaha keras mengeluarkanmu dari rahimnya
Bertarung dengan sakit yang luar biasa
Ketika kau keluar……tangisanmu pecah
Namun ibumu malah bahagia dan ingin tangisanmu semakin keras
Karena ketika semakin keras tangismu…rasa sakit ibumu akan semakin tak terasa
======

Ketika kau sudah lelah
Menapaki setiap jalan kehidupanmu
yang penuh liku dan kadang tak terarah
hingga akhirnya membuatmu menyerah
kau bersimpuh dan menadah
dan bertanya,,,kapankah ini akan berakhir?
Hingga airmatamu pun bersimbah…
Tapi tahukah kau
Tuhanmu tersenyum saat kau menangis
Semakin keras tangismu,,,semakin membuat Tuhanmu tersenyum…
==========

Tahukah kau…
Bahwa ternyata ada saat ketika tangisanmu malah membuat orang disekitarmu bahagia?
Bahwa ternyata tiap butir air matamu ketika bersimpuh membuat Tuhanmu semakin mencintaimu?

Tahukah kau
Bahwa tak semua airmata itu tak berharga
Karena terkadang airmata mampu menjadi sumber cinta dan harapan

Ada saat ketika kau memang harus menangis..
Dan ada pula saat dimana kau tak perlu menangis..
Karena itu…menangislah dan tidak menangislah di saat yang tepat
Bukan malah sebaliknya…

Yang kau harus tahu..
Ketika kau menangis…menangislah untuk sebuah harapan dan kekuatan
Seperti halnya bayi yang baru lahir…
Bukan menangis untuk sebuah kesia-siaan
Hingga akhirnya kau tenggelam dan tak bisa berbuat apa-apa

Dan ketika kau harus menangis
Cukuplah kau tangisi apa yang sebenarnya membuatmu menangis
Jangan biarkan airmata itu keluar berlebihan
Karena akan ada saat dimana kau harus menangis
Jika airmatamu habis….kemana kau akan mencarinya?

Jika kau sudah merasa cukup dengan tangismu
Berdirilah dan mulailah mencari sebuah tujuan baru dalam hidupmu
Karena waktu tak akan pernah mau menunggu sampai kau mau….