Bismillahirrohmanrrohimm
Saudaraku
semua…ijinkan saya menuliskan ini sebagai bahan renungan…terutama untuk
saya pribadi….Insya Allah…ini salah satu hasil perenungan saya dalam
beberapa hari ini..
Membayangkan saat kita dikumpulkan di Padang Mashyar dalam kondisi yang berbeda satu sama lain…
Tibalah saat perhitungan amal…
Satu
persatu manusia dipanggil untuk menerima buku amal catatan
masing-masing…tapi sebelumnya…Allah perlihatkan dulu film tentang
kehidupan kita selama di dunia…ahh…tidakkah kita merasa malu kala
kehidupan kita diperlihatkan kepada seluruh manusia sejak zaman Nabi
Adam as? Iya..jika film itu penuh dengan kebaikan..jika dengan
keburukan?
Nah…sekarang waktunya menimbang amal-amal yang selama
ini kita kerjakan di dunia. Tibalah giliran seorang hamba yang selama
di dunia sibuk melakukan banyak kebaikan. Dengan senyum penuh bahagia ia
pun melangkah untuk menyaksikan timbangan amalnya. Dia yakin amalannya
selama ini yang telah banyak dilakukan pasti akan mengantarkannya ke
syurga. Awalnya…timbangan itu menunjukkan bahwa amal kebaikannya lebih
berat dari keburukannya, tapi…alangkah terkejutnya ia, tiba-tiba
timbangan kebaikan itu semakin menurun dan seketika berbalik kondisi!
Timbangan keburukan sekarang jauh lebih berat daripada timbangannya
kebaikannya! Sedang timbangan kebaikannya hanya beberapa saja beratnya.
Ada apa gerangan? Tanya sang hamba.
Ia pun bertanya kepada Allah :
“Wahai
Allah…kenapa timbangan amal kebaikanku hanya segini? Mana lagi amal
kebaikanku yang lain? Bukankah selama di dunia aku aktif mengumpulkan
kebaikan sebagai bekalku di akhirat ini ya Rabb??”
Lalu Allah pun menjawab pertanyaan sang hamba tersebut
“
Selama di dunia, kau memang banyak melakukan banyak kebaikan. Selain
ibadah yaumi, yang sunnah pun kau kerjakan. Kau juga sering sedekah, Kau
bahkan sering berbagi kebaikan pada orang lain. Kau aktif mensyiarkan
Islam kemana-mana, tanpa kenal waktu. Kau juga telah mengoptimalkan
dakwah dengan berbagai cara, dengan lisan dan tulisan. Namun, diantara
sekian banyak kebaikan itu, hanya sedikit yang Kuterima. Sesungguhnya
Aku hanya menerima amal yang baik yang dikerjakan dengan ikhlas dan
semata-mata karena mengharap ridho dariKu.
Amal yaumi yang kau
kerjakan memang bagus. Tapi sayang, keikhlasan didalamnya tidak kau
aplikasikan di dunia luar ketika kau berjibaku dengan manusia lainnya.
Kau bersedekah tapi hatimu masih ragu ketika memberikannya, kau takut
rejeki akan semakin banyak berkurang padahal Aku yang berhak memberi
atau tidak rejeki pada hamba-hambaKu. Kau aktif bersyiar dakwah
kemana-mana, tapi kau tak ikhlas mengerjakannya. Kau turun aksi ke jalan
hanya karena ingin tampil dan menunjukkan ke semua orang betapa hebat
dan tangguhnya dirimu di jalanan.
Kau sering membuat
tulisan-tulisan yang menggugah semua orang, tapi itu malah tak membekas
dan menggugah hatimu sendiri. Kau senang ketika banyak orang simpati
pada setiap tulisanmu, dan itulah yang membuatmu terlena hingga kau
hanya sibuk memperindah kata-katamu tanpa kau pedulikan apa tujuan
awalmu. Kau iri dengan mereka yang jauh lebih ikhlas berbagi ilmu, tanpa
berharap orang lain akan menanggapinya. Lalu kau mencari segala cara
agar apa yang sampaikan jauh lebih menarik simpati. Kau hanya sibuk
menjadi matahari yang senantiasa memberi cahaya pada orang lain, tapi
tidak kau sisakan cahaya itu untuk dirimu sendiri. Ketidakikhlasan
itulah yang membuat lebur amal kebaikanmu. Manusia memang tak mengetahui
hatimu, tapi Aku lebih mengetahui.
Sang hamba pun tertunduk
malu, ya…itulah yang memang sebenarnya ada di hati dan pikirannya
selama di dunia dulu. Dia sibuk berlomba sendiri mencari simpati orang
lain dalam dakwahnya, dia menginginkan popularitas dengan potensi pena
yang ia miliki. Dia merasa tak mau kalah dengan mereka yang lebih mampu
menarik simpati. Hingga dia lupa tujuan awalnya bersyiar….
Ya…dia
sibuk menjadi cahaya bagi orang lain, tapi lupa memberi cahaya untuk
dirinya sendiri. Dia sibuk memperbaiki iman orang lain, tapi tak pernah
memeriksa bagaimana kondisi imannya hari ini karena dia merasa sombong
dengan kekuatan imannya. Dia mampu menggugah orang lain dengan lisan dan
tulisannya, tapi tak berbekas dihatinya sendiri. Dia menunaikan hak
amar ma’ruf nahi munkar terhadap orang lain, tapi melalaikan kewajiban
untuk beramar ma’ruf nahi munkar kepada dirinya sendiri.
Saudaraku….semoga
kita bukan yang termasuk sang hamba itu. Semoga tiap amal kebaikan
selalu diiringi dengan keikhlasan dan semata-mata karena berharap
ridhoNya. Terkadang…kita sibuk dengan dakwah kita pada orang lain , tapi
lupa bahwa diri kita pun membutuhkan dakwah. Sering-seringlah periksa
kondisi hati dan iman kita setiap saat. Agar tiap amal kebaikan itu tak
serta merta lebur menjadi debu kelak di hadapan Allah.
Wallahualam bish shawab
Hasil renungan diri sendiri...saat mempertanyakan tentang sebuah keikhlasan..
<<--Sedikit inspirasi dari buku "Inspiring For Succes" -- Dahsyatnya Keikhlasan-->>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar