Minggu, 30 Desember 2012

Ya Allah...mana amal kebaikanku??

Bismillahirrohmanrrohimm

Saudaraku semua…ijinkan saya menuliskan ini sebagai bahan renungan…terutama untuk saya pribadi….Insya Allah…ini salah satu hasil perenungan saya dalam beberapa hari ini..
Membayangkan saat kita dikumpulkan di Padang Mashyar dalam kondisi yang berbeda satu sama lain…

Tibalah saat perhitungan amal…

Satu persatu manusia dipanggil untuk menerima buku amal catatan masing-masing…tapi sebelumnya…Allah perlihatkan dulu film tentang kehidupan kita selama di dunia…ahh…tidakkah kita merasa malu kala kehidupan kita diperlihatkan kepada seluruh manusia sejak zaman Nabi Adam as? Iya..jika film itu penuh dengan kebaikan..jika dengan keburukan?

Nah…sekarang waktunya menimbang amal-amal yang selama ini kita kerjakan di dunia. Tibalah giliran seorang hamba yang selama di dunia sibuk melakukan banyak kebaikan. Dengan senyum penuh bahagia ia pun melangkah untuk menyaksikan timbangan amalnya. Dia yakin amalannya selama ini yang telah banyak dilakukan pasti akan mengantarkannya ke syurga. Awalnya…timbangan itu menunjukkan bahwa amal kebaikannya lebih berat dari keburukannya, tapi…alangkah terkejutnya ia, tiba-tiba timbangan kebaikan itu semakin menurun dan seketika berbalik kondisi! Timbangan keburukan sekarang jauh lebih berat daripada timbangannya kebaikannya! Sedang timbangan kebaikannya hanya beberapa saja beratnya. Ada apa gerangan? Tanya sang hamba.

Ia pun bertanya kepada Allah :

“Wahai Allah…kenapa timbangan amal kebaikanku hanya segini? Mana lagi amal kebaikanku yang lain? Bukankah selama di dunia aku aktif mengumpulkan kebaikan sebagai bekalku di akhirat ini ya Rabb??”

Lalu Allah pun menjawab pertanyaan sang hamba tersebut

“ Selama di dunia, kau memang banyak melakukan banyak kebaikan. Selain ibadah yaumi, yang sunnah pun kau kerjakan. Kau juga sering sedekah, Kau bahkan sering berbagi kebaikan pada orang lain. Kau aktif mensyiarkan Islam kemana-mana, tanpa kenal waktu. Kau juga telah mengoptimalkan dakwah dengan berbagai cara, dengan lisan dan tulisan. Namun, diantara sekian banyak kebaikan itu, hanya sedikit yang Kuterima. Sesungguhnya Aku hanya menerima amal yang baik yang dikerjakan dengan ikhlas dan semata-mata karena mengharap ridho dariKu.
Amal yaumi yang kau kerjakan memang bagus. Tapi sayang, keikhlasan didalamnya tidak kau aplikasikan di dunia luar ketika kau berjibaku dengan manusia lainnya. Kau bersedekah tapi hatimu masih ragu ketika memberikannya, kau takut rejeki akan semakin banyak berkurang padahal Aku yang berhak memberi atau tidak rejeki pada hamba-hambaKu. Kau aktif bersyiar dakwah kemana-mana, tapi kau tak ikhlas mengerjakannya. Kau turun aksi ke jalan hanya karena ingin tampil dan menunjukkan ke semua orang betapa hebat dan tangguhnya dirimu di jalanan.

Kau sering membuat tulisan-tulisan yang menggugah semua orang, tapi itu malah tak membekas dan menggugah hatimu sendiri. Kau senang ketika banyak orang simpati pada setiap tulisanmu, dan itulah yang membuatmu terlena hingga kau hanya sibuk memperindah kata-katamu tanpa kau pedulikan apa tujuan awalmu. Kau iri dengan mereka yang jauh lebih ikhlas berbagi ilmu, tanpa berharap orang lain akan menanggapinya. Lalu kau mencari segala cara agar apa yang sampaikan jauh lebih menarik simpati. Kau hanya sibuk menjadi matahari yang senantiasa memberi cahaya pada orang lain, tapi tidak kau sisakan cahaya itu untuk dirimu sendiri. Ketidakikhlasan itulah yang membuat lebur amal kebaikanmu. Manusia memang tak mengetahui hatimu, tapi Aku lebih mengetahui.


Sang hamba pun tertunduk malu, ya…itulah yang memang sebenarnya ada di hati dan pikirannya selama di dunia dulu. Dia sibuk berlomba sendiri mencari simpati orang lain dalam dakwahnya, dia menginginkan popularitas dengan potensi pena yang ia miliki. Dia merasa tak mau kalah dengan mereka yang lebih mampu menarik simpati. Hingga dia lupa tujuan awalnya bersyiar….

Ya…dia sibuk menjadi cahaya bagi orang lain, tapi lupa memberi cahaya untuk dirinya sendiri. Dia sibuk memperbaiki iman orang lain, tapi tak pernah memeriksa bagaimana kondisi imannya hari ini karena dia merasa sombong dengan kekuatan imannya. Dia mampu menggugah orang lain dengan lisan dan tulisannya, tapi tak berbekas dihatinya sendiri. Dia menunaikan hak amar ma’ruf nahi munkar terhadap orang lain, tapi melalaikan kewajiban untuk beramar ma’ruf nahi munkar kepada dirinya sendiri.

Saudaraku….semoga kita bukan yang termasuk sang hamba itu. Semoga tiap amal kebaikan selalu diiringi dengan keikhlasan dan semata-mata karena berharap ridhoNya. Terkadang…kita sibuk dengan dakwah kita pada orang lain , tapi lupa bahwa diri kita pun membutuhkan dakwah. Sering-seringlah periksa kondisi hati dan iman kita setiap saat. Agar tiap amal kebaikan itu tak serta merta lebur menjadi debu kelak di hadapan Allah.

Wallahualam bish shawab

Hasil renungan diri sendiri...saat mempertanyakan tentang sebuah keikhlasan..
<<--Sedikit inspirasi dari buku "Inspiring For Succes" -- Dahsyatnya Keikhlasan-->>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar